Hidayatullah.com– Terkait tudingannya bahwa nilai-nilai radikal telah menyebar ke sejumlah kampus termasuk di Institut Teknologi Bandung (ITB) lewat Masjid Salman, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj, menyampaikan pengakuannya.
Sebelumnya, Ketua Pembina Yayasan Masjid Salman ITB, Suparno Satria, Jumat (26/05/2017), menyampaikan hasil pertemuan pihaknya dengan Ketum PBNU Said, Kamis (25/05/2017).
Pada pertemuan itu, katanya kepada hidayatullah.com, berlangsung penyampaian penjelasan dan pengakuan dari kedua pihak. Lalu, katanya, Said pun mengakui kesalahannya atas persepsinya tentang Masjid Salman dan menyatakan permohonan maaf.
Baca: Masjid Salman ITB: Said Aqil Akui Kesalahannya dan Minta Maaf
Saat dikonfirmasi hidayatullah.com soal kebenaran pengakuan Said kepada pihak Masjid Salman itu, Said mengungkapkan pengalamannya beberapa tahun lalu.
“Saya jawab pengalaman saya pada tahun ’97 pernah ditentang dengan kasar,” ujar Said kepada media ini melalui pesan singkat (SMS), Ahad (28/05/2017) sekitar pukul 15.27 WIB.
Orang yang menentang itu, menurutnya, kemudian mengejar Said. “Ngejar saya sampai ke mobil, ada 5 mahasiswa,” akunya.
Said mengaku, saat itu ia didampingi Rohamurmuzy alias Romy.
“Romy yang sekarang Ketua (Umum) PPP,” tutupnya yang pada Ahad sore itu ditelepon media ini berkali-kali namun tidak diangkat. Said tidak membenarkan atau menyalahkan penyampaian Suparno tersebut.
Baca: Soal Pertemuan Masjid Salman dan Ketua Umum PBNU, Ini Kata Sekjen
Sebelumnya, diberitakan hidayatullah.com, menurut Suparno, alasan pernyataan Said bilang ada radikalisme dari Masjid Salman bukan karena mendapat informasi dari siapa-siapa. Melainkan katanya karena pengalaman pribadinya ketika ceramah di Masjid Salman.
Waktu itu, tutur Suparno seperti diceritakan Said, ada jamaah Masjid Salman yang bertanya kepada Said. Pertanyaannya dianggap menyerang dan tendensius. Dan itu tidak hanya di tempat ceramah, tapi katanya juga sampai mengejar Said saat pulang.
“(Jadi) Said merasa orang-orang Salman begitu (radikal. Red) semua,” ucap Suparno.
Baca: Gus Solah: Di Masjid Salman ITB Enggak Ada yang Radikal
Mendengar penuturan Said itu, Suparno menjelaskan, pada dasarnya Masjid Salman sejak dulu berharap menjadi lembaga dakwah, khususnya untuk ITB, yang membangun tenaga-tenaga akademisi agar tidak hanya memiliki IPTEK, tapi juga IMTAQ.*