Hidayatullah.com—Milisi Negara Islam Iraq dan Syam (dikenal dengan ISIS) selalu menganggap “Barat” – dan Amerika Serikat secara khusus – sebagai musuh utamanya.
Tetapi setelah kebijakan keterlibatan militer Presiden Vladimir Putin di Suriah ikut campur tangan mendukung Rezim Bashar al Assad, menjadikan mereka sebagai musuh utama ISIS.
Ribuan petempur ISIS dari Suriah, Iraq dan di manapun secara virtual sedang menyusun kembali posisi mereka di pegunungan Afghanistan, merencanakan serangan balasan pada Kremlin.
Komando tinggi ISIS telah memberikan perintah-perintah untuk menarget kota-kota Rusia, di mana ribuan petempur terlatih yang siap beraksi kapanpun.
Baru-baru ini, seorang pelaku aksi teror di atas kereta Kota St Petersburg menjadikannya contoh betapa rapuhnya kota-kota modern. Di atas kereta yang sedang bergerak, di siang bolong, seorang pemuda Uzbek yang memiliki kewarganegaraan Rusia meledakkan sebuah bom TNT berisi pecahan peluru. Lusinan korban luka dan 15 orang tewas. Sang pengebom kemudian dilaporkan oleh media-media Rusia telah berada di Suriah dengan ISIS pada 2014.
Baca: Inggris Desak Rusia Hentikan Dukungan pada Rezim Bashar
Rusia mengatakan mereka sedang terus memonitor pergerakan ISIS secara ketat, mengklaim bahwa kurangnya perhatian akan ancaman yang berasal dari kelompok itu menjadi penyebab terror tersebut.
Hubungan Rusia-Afghanistan bukanlah merupakan hal yang baru.
Perang Soviet-Afghanistan, yang dipimpin pertama kali oleh Leonid Brezhnev dan kemudian Mikhail Gorbachev pada pertengahan 1980an dilancarkan terhadap kelompok-kelompok pemberontak yang dikenal sebagai “mujahidin” dan Republik Demokratis Afghanistan. Setelah hampir satu decade peperangan, mereka dapat diusir oleh sebuah koalisi dari suku-suku Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Shah Masoud, yang dikenal sebagai Singa dari Panjshir (Lion of Panjshir).
Ketika pasukan Soviet yang akhirnya menarik diri pada 1989, kekosongan kekuasaan menjadi jalan munculnya faksi-faksi bersenjata berbeda yang perlahan-lahan meruntuhkan negara itu – membuat Taliban, al-Qaeda dan ISIS mengakar di Afghanistan.
Zubair Massoud, keponakan dari Ahmed Shah Massoud, merupakan penasihat di Dewan Keamanan Nasional Afghanistan. Dia baru-baru ini melihat adanya peningkatan jumlah petempur ISIS sebagai sebuah ancaman besar bagi Afghanistan dan negara-negara tetangganya.
“Para teroris yang anda lihat di Suriah ialah individu yang sama yang saat ini berada di Afghanistan. Mereka merupakan teroris yang dating dari berbagai negara – dari Tajikistan, dari Uzbekistan, Chechnya. Ini merupakan tempat yang strategis. Mereka dapat pergi melintasi perbatasan dan akhirnya tujuan utama mereka ialah Rusia,” kata dia.
Meski pada awalnya menyerang desa-desa terpencil, ISIS telah membawa teror pada ibukota, Kabul. Bahkan di satu insiden, 80 orang terbunuh dalam sebuah bom bunuh diri. Jadi jika mereka dapat menyusup ke Rusia dengan jumlah sel-sel terlatih yang mereka katakana, maka pembantaian yang mereka ciptakan saat ini di Afghanistan hanyalah awal dari rencana mereka untuk Moskow, St Petersburg dan kota-kota target lainnya.
Baca: Dunia Mengutuk Kekejaman Rezim Bashar dan Sekutunya di Aleppo
Zamir Kabulov, utusan khusus Presiden Putin untuk Afghanistan, tampak meremehkan ancaman-ancaman yang berkembang di sepanjang perbatasan dengan Rusia. Dia mengatakan skenario paling buruk hanya akan terjadi jika ISIS dapat menciptakan ketidakstabilan di sepanjang Asia Tengah, membanjiri Rusia dengan pengungsi yang dapat menyebabkan masalah keamanan.
Massoud khawatir Rusia dan negara-negara tetangga lain di utara Afghanistan tidak mengerti tingkat situasi tersebut, dengan jumlah petempur di wilayah itu yang meningkat hingga tingkat eksponensial.
“Seperti yang telah aku lihat tiga sampai empat tahun terakhir, kami berada di kondisi yang sangat buruk di Afghanistan,” kata Massoud.
“Di saat tentara AS mulai pergi, beberapa militant mulai datang ke Afghanistan. Mereka telah datang secara bersamaan dan mereka semakin besar setiap harinya. Tahun lalu, terdapat 300. Saat ini terdapat 2.000 orang asing di Badakhshan, yang merupakan bahaya bagi semua orang,” tulis Aljazeera.
Dengan akses yang belum pernah terjadi sebelumnya, ISIS: Menarget Rusia melihat bagaimana ISIS dan kelompok pecahannya sedang berlatih dan mengorganisir untuk memindahkan unit petempurnya ke utara, melalui Kaukus, dengan tujuan untuk menyerang Rusia. Kami merekam beberapa petempur wanita ISIS dan bertemu komandan-komandan serta petempur lainnya di pegunungan terpencil di utara Afghanistan yang menjelaskan bahwa rencana mereka untuk menyerang Rusia sudah berjalan dengan baik.*/ Nashirul Haq AR