Hidayatullah.com– Adara Relief International, LSM yang peduli pada urusan Palestina, setelah mencari tahu, akhirnya menemui keberadaan warga Jepara yang terlibat dalam proses replikasi mimbar Nuruddin Zanki dalam Masjid Al-Aqsha yang dibakar Israel tahun 1969 silam.
Ketua Adara Relief International, Nurjanah Hulwani mengatakan, pihaknya berhasil menemui tiga dari lima orang yang terlibat itu pada Selasa (13/06/2017) lalu.
Mereka adalah Abdul Mutholib (47), Zaenal Arifin (42), dan Ali Ridho (65), warga Desa Tegal Sambi, kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Dua lainnya adalah Sarmidi (53) dan Mustafid Dinul Azis (39).
Berdasarkan keterangan dari Zainal, salah seorang pengukir, Nurjanah menjelaskan, kedatangan Adara merupakan apresiasi pertama yang diterima dari sesama masyarakat Indonesia.
Baca: Ulama Palestina Doakan Umat Islam Indonesia Bisa Shalat di Masjidil Aqsha
Ia mengungkapkan, dalam proses pembuatan replikasi mimbar di Jordan selama lima tahun, para pengukir Jepara ini ditengok oleh para wakil pemerintahan negara-negara yang terlibat dalam proses tersebut. Seperti dari Turki, Jordan, dan Aljazair.
“Mereka selalu ditanya oleh teman-teman dari dua negara itu dengan pertanyaan yang tidak bisa dijawab, mana wakil pemerintah Indonesia?” ujar Nurjanah kepada hidayatullah.com, belum lama ini.
Nurjanah juga menyampaikan kisah Abdul Mutholib, pengukir lainnya yang berkesempatan memasang potongan-potongan ukiran langsung di Masjid Al-Aqsha selama sepuluh hari.
“Saya sangat senang dan bangga bisa terlibat dalam proses replikasi mimbar Nuruddin Zanki ini, yang membuat saya bisa langsung mendatangi dan shalat di Masjid Al-Aqsha,” tutur Nurjanah menirukan Tholib.
Baca: Gerakan Koin untuk Senyum Palestina, Adara: Tak Sekadar Donasi Recehan
Nurjanah melanjutkan, ada pula kisah yang sedikit mendebarkan ketika para pengukir ini ditahan di perbatasan Jordan-Israel. Dimana semua potongan ukiran yang berjumlah 16.300 keping, yang terbungkus rapi masing-masing dalam kertas anti api dan diangkut dengan menggunakan enam mobil pick-up, dibongkar satu persatu untuk alasan keamanan.
“Jadi, sebelum dibungkus dan diangkut, pihak Israel sudah ikut mengawal sejak di Jordan dengan memfoto satu persatu kepingan ukiran dan kembali membongkarnya di perbatasan untuk mencocokkan kesamaan kepingan yang di Jordan dengan yang ada di perbatasan. Bisa dibayangkan betapa melelahkan dan merepotkan serta mendebarkan bagi kami proses tersebut,” paparnya.
Baca: Kesaksian Syeikh Ikrimah terkait 47 Tahun Pembakaran Masjid al Aqsha
Atas kesempatan itu, Nurjanah mengaku bangga dan haru bisa bersilaturahim dengan tiga warga Jepara yang membuatnya makin bersemangat untuk peduli Palestina dan Masjid Al-Aqsha.
“Ini adalah pertemuan yang membahagiakan sekaligus mengharukan bagi saya karena bapak-bapak ini sudah kami cari sejak lama. Berkat pertolongan Allah, kami bisa bersilaturahim dan mengambil inspirasinya. Semoga kita umat Islam bisa segera shalat di Masjid Al-Aqsha dalam kondisi Palestina merdeka seutuhnya,” tandasnya.
Menurutnya, kabar gembira ini sepatutnya diketahui oleh masyarakat Indonesia atas kerja mulia yang telah ditunaikan putra-putra Jepara dalam ketelibatannya membuat mimbar Al-Aqsha. Pengukiran itu membutuhkan waktu pengerjaan empat tahun di Jordan dan 10 hari merangkainya di Masjid Al-Aqsha.*