Hidayatullah.com– Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, secara normatif korelasi antara Islam dan keindonesiaan sudah selesai dan tidak perlu dipermasalahkan.
Ia menyebut, bahwa Islam berintegrasi dengan spirit jiwa keindonesiaan dalam konteks bangunan bangsa dan negara yang telah diletakkan para pendiri.
“Maupun dalam konteks perjuangan dan pengabdian untuk membangun bangsa,” ujarnya di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, belum lama ini.
Muhammadiyah, terang Haedar, dalam muktamar sebelumnya di Makassar telah mengunci tentang pandangan dan sikap Muhammadiyah, yang juga merupakan representasi dari spirit politik Islam di awal masa kemerdekaan, bahwa Indonesia adalah Darul Ahdi wa Syahadah.
“Indonesia dengan Pancasilanya merupakan hasil kesepakatan nasional dan harus kita rawat serta jaga,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, konsekuensi dari Darul Ahdi maka Muhammadiyah dan komponen Islam lainnya terus ingin membangun Indonesia menjadi Darul Syahadah. Yakni, tempat berkiprah menjadikan Indonesia sebagai negara yang adil, makmur, berdaulat, bermartabat, dan sejahtera.
“Yang kita (Muhammadiyah) simpulkan sebagai Indonesia yang berkemajuan,” imbuhnya.
Setelah secara ideologis sudah selesai, Haedar menambahkan, dengan itu bisa diposisikan bahwa Indonesia adalah sebagai Darul Salam. Yaitu tempat menyemai benih-benih Islam.
“Itu yang saya sebut relasi Islam dan Pancasila sudah selesai,” pungkasnya.*