Hidayatullah.com– Jelang pilkada serentak 2018, sebagian kalangan mengkhawatirkan munculnya yang disebut “politik identitas”.
Menanggapi hal ini, Pengasuh Pesantren Tebu Ireng KH Salahuddin Wahid atau yang lebih akrab disapa Gus Solah, mempertanyakan apa arti politik identitas.
“Yang namanya politik identitas, menyinggung SARA, politisasi agama itu seperti apa?” ujarnya kepada hidayaullah.com Jakarta, Selasa (02/01/2018).
Baca: Bertemu Gus Solah, FPKS Diingatkan agar Istiqamah Jaga Persatuan dan Toleransi
Berbagai pihak, kata tokoh Nahdlatul Ulama (NU) ini, bisa berbeda pendapat soal istilah politik identitas.
Misalkan yang dimaksud politik identitas itu kampanye memilih pemimpin Muslim. Gus Solah menilai, tidak ada masalah jika seorang Muslim berkeyakinan dilarang memilih pemimpin non-Muslim.
“Saya ngomong sama anak saya, misal ya, ‘kamu harus memilih pemimpin Islam’. Apa ada yang salah dengan itu? Kan, tidak,” tegasnya. Tapi batasan kampanyenya, kata dia, harus dirumuskan bersama.
Karena itu, ia menyarankan Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengundang pihak-pihak terkait untuk duduk bareng membicarakan dan menyepakati makna politik identitas. Agar terukur, kata Gus Solah.
Sebab kalau tidak ada kesepakatan, menurutnya masalah itu tidak akan selesai. “Berdebatlah sebelum Pemilu. Ngomonglah sekarang. Jangan ribut nanti bulan Juni (masa pilkada serentak 2018, Red),” pungkasnya.* Andi