Hidayatullah.com– Rumah sederhana itu tampak utuh, hanya beberapa atap gentengnya terlepas. Sementara rumah lain di sekitarnya rusak parah, bahkan banyak yang rata dengan tanah akibat rentetan guncangan gempa yang menimpa Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam tiga pekan terakhir ini.
Lokasi rumah tersebut berada di Dusun Dompo, Selengan, Sambik Jengker, Lombok Utara, yang termasuk daerah paling parah terkena gempa NTB.
Setelah hidayatullah.com mencari tahu pemilik rumah tersebut pada Senin (13/08/2018), bangunan itu ternyata milik Misbah, seorang guru mengaji yang juga tukang bangunan.
Kepada hidayatullah.com, Misbah bercerita, saat gempa berlangsung, Ahad malam (05/08/2018/), ketika itu menjelang shalat isya. Ia baru saja membubarkan lebih dari 70 santrinya usai mengaji di rumahnya. Memang, usai gempa Ahad sebelumnya (27/08/2018), warga sudah mulai was-was akan gempa.
“Saat itu juga anak dan istri saya sedang tidak ada di rumah, tinggal saya sendiri,” ujarnya.
Waktu isya pun telah datang. Ia mulai mempersiapkan diri menunaikan kewajibannya. Saat itulah gempa berkekuatan 7 SR terjadi.
Baca: Pengungsi Sembalun Sumbang 45 Ton Sayuran ke Korban Gempa Lombok
“Saya segera keluar rumah dan menyelamatkan diri. Tapi karena getaran gempa kian menjadi, sampai di luar rumah saya kesulitan berdiri den memegang di pagar tembok rumah seberang,” ceritanya.
Dalam kegelapan itu, ia rasa hampir seluruh rumah hancur luluh lantak. Pagar tembok tempat dia bertahan juga ikut roboh hingga melukai tangan kanannya. Hampir semenit guncangan itu berlangsung, perasaannya kian berkecamuk. Dari bibirnya, takbir dan tasbih tak pernah henti terucap.
Baca: Baru Dua Hari Diresmikan, Masjid Ini Runtuh Diguncang Gempa
“Usai gempa berhenti, saya segera mencari tempat teraman dan memastikan istri dan anak saya baik-baik saja. Alhamdulillah, mereka baik-baik saja,” cerita pemilik rumah yang didirikan sejak 2003 itu.
Keesokan harinya, dia baru sadar jika rumahnya tetap utuh. Hanya genteng rumahnya yang terbuka. Sedangkan rumah di sekitarnya rusak parah.
Kepala dusun setempat, Ahmad Kurdi, mengatakan hal itu terjadi karena kuasa Allah. Ia yang juga termasuk alumnus murid mengaji Pak Misbah mengakui, Misbah telah mengajar mengaji di dusun itu sejak tahun 1990.*/Sirajuddin Muslim
Baca: Kesaksian Kakek Selamat dari Reruntuhan Masjid Saat Gempa