Hidayatullah.com– Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan, likuifaksi terjadi di empat tempat di Sulawesi Tengah, yakni di Kelurahan Petobo, Kota Palu; Jalan Dewi Sartika, Palu Selatan; Biromaru (Sigi); dan Desa Sidera (Sigi).
Di Petobo, kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, kurang lebih ada 744 unit rumah yang tertimbun lumpur hitam setinggi lima meter.
“Hilang ini,” ujarnya di Jakarta, Selasa (02/10/2018), saat ditanya hidayatullah.com sambil menunjukkan foto rumah tersebut.
Dalam foto itu, ada rumah yang kelihatan hanya tinggal atap saja, dan ada juga rumah yang atapnya sudah tidak kelihatan.
Sutopo mengakui proses evakuasi di Petobo cukup sulit dilakukan. Sebab alat berat bisa ambles karena lumpur. Sebagian besar proses evakuasinya masih manual saat ini. Untuk penggunaan alat berat tergantung tingkat kegemburan tanah.
“Kalau lunak ya tidak bisa membawa alat berat,” kata dia.
Baca: ‘Kampung Hilang’ di Petobo Palu, Diperkirakan Rumah Tenggelam
Sebelumnya diberitakan hidayatullah.com, satu kampung di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, “hilang” akibat gempa bumi berkekuatan 7,7 skala richter (SR) yang kemudian dimutakhirkan oleh BMKG menjadi 7,4 SR yang terjadi pada Jumat (28/09/2018).
Menurut salah seorang warga Petobo yang juga saksi mata kejadian tersebut, Muhajir, 45 tahun, satu kampung tersebut sejak kejadian itu hingga kini sudah tidak jelas lagi bentuknya.
Ia menuturkan, kejadian “hilangnya” kampung itu sangat cepat. “5 detik,” tuturnya kepada hidayatullah.com, Selasa (02/10/2018).
Kondisi bekas kampung itu kini dilihatnya seperti bekas tanah penggusuran atau bekas tambang. Yang tampak sisa-sisa bangunan seperti atap rumah dan puing-puing lainnya.
Menurut Muhajir, sebelum kejadian, di kampung tersebut dihuni sekitar 8.000 jiwa, mulai dari anak-anak, kaum wanita, hingga orang dewasa dan orangtua. “Semua,” ujarnya.
Melihat kondisi kampung yang “hilang” itu, Muhajir pesimistis apakah kampung itu bisa dikembalikan seperti semula.
“Ini enda tahu mau jadi kampung lagi atau bagaimana,” ungkapnya. Sepanjang mata memandang katanya yang terlihat hanya puing-puing dan tanah-tanah yang seperti habis digusur.
Ia menaksir, melihat kerusakan yang ada, tidak cukup jika dikerahkan 20-an alat berat untuk segera membereskan keadaan.* Andi
Baca: Warga: Petobo Seperti Kampung Mati, Bantuan Belum Datang