Hidayatullah.com–Nahdlatul Ulama berkepentingan untuk membeberkan benturan yang terjadi dengan PKI sepanjang 1948 hingga 1965 silam.
Benturan antara berbagai elemen masyarakat, terutama NU dan PKI, selama beberapa dasawarsa yang lalu terus dimunculkan kembali oleh beberapa kelompok berkepentingan, baik dalam bentuk rekontruksi sejarah, rehabilitasi, serangan balik, pemulihan hak, hingga memaksa pihak tertentu mengaku bersalah dan meminta maaf atas kejadian masa lalu.
Oleh karena itu, Wakil Ketua Umum PBNU H As’ad Said Ali menuturkan, PBNU berkepentingan mengajak semua pihak agar memahami sejarah secara utuh, tidak sepotong-sepotong.
“Kita tidak bisa menilai sejarah secara anakronistik yaitu melihat peristiwa masa lalu dengan cara pandang dan sikap masa kini. Sejarah harus didudukkan pada spirit dan konteks zamannya,” ujar As’ad saat diskusi peluncuran buku “Benturan NU-PKI 1948 – 1965” di Kantor Pusat PBNU, Jakarta (09/12/2013) dikutip Antara.
Dalam buku tersebut, Sa’ad menuturkan, buku putih “benturan NU-PKI 1948-1965 ini mengungkapkan secara utuh bahwa NU dan segenap umat islam, serta TNI tidak serta merta menyerang PKI.
“Kejadian dimulai dari provokasi, gerakan dan pemberontakan yang dilakukan PKI sendiri yang diikuti dengan serangkaian , ancaman dan penyerangan, serta pembantaian sehingga mau tidak mau semua pihak melakukan perlawanan,” katanya.
Lanjut Sa’ad, tim buku putih telah melakukan penelusuran dan mengungkapkan adanya proses dramatisasi jumlah korban itu. Bahkan di beberapa daerah yang menjadi basis PKI, asumsi jumlah korban yang dimunculkan itu lebih banyak dari jumlah penduduk yang terdata waktu itu.
“Buku ini mengungkapkan data korban dari kalangan NU baik dalam peristiwa 1948 dan 1965 yang hampir tidak pernah dicatat para peneliti Barat,”
Selanjutnya, (Purn) Letjen TNI Kiki Syahnakri buku ini tentunya berfungsi untuk mengkuak sejarah dengan tetap menjelaskan peristiwa apa yang terjadi.
“Tidak seperti apa yang sering digembar-gemborkan berlatar belakang penulis. Bahwa seolah-olah mereka yang benar dan kita yang salah, NU yang salah,” ujar Kiki.
Menurut Kiki, pelurusan peristiwa 1965 sangat penting, karena peristiwa tersebut terkait dengan institusinya, yakni TNI.
“TNI juga disalahkan, PKI yang benar. Semua tidak menghendaki kejadian itu. Harusnya semua harus ada niat saling memaafkan, bukan malah saling menyalahkan,” ucapnya.
Tokoh senior NU KH Khalid Mawardi mengatakan, buku “Benturan NU – PKI Tahun 1948-1965” adalah bentuk pelurusan sejarah tentang NU dan PKI. Buku ini disusun berdasarkan versi NU, jadi jelas isinya subjektif.
“Buku ini dibuat semata-mata untuk mengimbangi pemberitaan yang mulai mengungkit peristiwa 1965 tetapi alamatnya mengklaim Anshor dan NU sebagai kelompok yang melakukan pembunuhan dan pembantaian. Ini nggak bener, kalau buku ini tidak diterbitkan akan muncul pertanyaan bagi kaum Nahyidlin saat ini,” pungkasnya.*