Hidayatullah.com | SahabatAlAqsha.com– Sejumlah asosiasi dan organisasi hak azasi manusia Maroko menuntut perusahaan G4S berhenti beroperasi di Maroko. Organisasi-organisasi menyatakan akan berupaya mencegah pihak-pihak tertentu dan mitra perusahaan G4S yang telah terlibat dalam berbagai kejahatan pelanggaran HAM ‘israel’ untuk melakukan kegiatan apa pun di Maroko. Demikian dilaporkan Occupied Palestina.
Sebanyak 14 organisasi HAM Maroko, termasuk Asosiasi Solidaritas Palestina-Maroko, Kelompok Kerja Nasional untuk Mendukung Palestina, Liga Maroko untuk Pembelaan HAM, Asosiasi HAM Maroko dan Organisasi HAM Maroko mengatakan, mereka juga akan menyeru berbagai lembaga Maroko, perusahaan dan kontraktor yang bermitra dengan G4S untuk memutuskan semua kerja samanya.
Salah satu penggerak Kelompok Kerja untuk Mendukung Palestina, Simon Osadon mengatakan dalam sebuah seminar di Rabat, G4S secara terbuka menyiarkan di situsnya, keterlibatannya dalam ‘pengamanan tahanan’ di beberapa penjara Zionis.
G4S mengendalikan sistem keamanan di penjara Ketziot yang menyekap 2.200 tawanan Palestina, kemudian di penjara Megiddo yang menyekap 1.200 tawanan dan penjara Damun yang menyekap 500 tawanan serta beberapa tawanan ilegal dari Tepi Barat—beberapa dari mereka adalah tahanan administratif dan sebagian besarnya disekap selama berbubulan-bulan, bahkan tahunan, tanpa proses pengadilan.
Perusahaan ini juga secara terbuka menyiarkan di situs resminya, bahwa pihaknya telah membangun sistem pertahanan pada tembok-tembok yang mengelilingi penjara Ofer di Tepi Barat di dekat permukiman ilegal Yahudi, Giv’at Ze’ev.
Di dalam penjara Ofer terdapat 1.500 tawanan Palestina. Perusahaan ini juga terlibat dalam pengoperasian ruang pusat kontrol, termasuk di dalam pengadilan militer Zionis yang setiap harinya menyidang tawanan Palestina dari Tepi Barat.
G4S juga disebutkan memasok sistem keamanan untuk ruang kontrol pusat di penjara HaSharon-Rimonim yang merupakan penjara kriminal namun di dalamnya terdapat juga tawanan-tawanan Palestina.
Perusahaan ini juga membangun sistem keamanan di pusat penahanan dan interogasi Abu Kabir di Jaffa juga di pusat penahanan Kishon di Haifa, dan di pusat penahanan dan interogasi Rusia di wilayah Yerusalem yang diduduki.
Di tempat-tempat ini, para tawanan Palestina biasanya disekap bertahun-tahun tanpa melewati proses hukum dan sejumlah organisasi HAM telah menemukan banyak bukti kekerasan yang dilakukan Zionis di pusat penahanan dan interogasi tersebut.
Ini adalah sebuah fakta dari perusahaan multinasional, G4S, seperti juga perusahaan lainnya, yakni Caterpillar, Siemens, Alstom, dan Veolia yang terbukti membantu kejahatan rezim apartheid Zionis. Perusahaan-perusahaan ini terus berinvestasi di Maroko.
Relawan-relawan berunjuk rasa di depan markas G4S di London, menyiarkan berbagai kejahatan kemanusiaan Zionis ‘israel’ di mana perusahaan ini terlibat aktif. foto: Stop G4S
London
Sementara itu, kelompok kampanye anti-Zionis yang berbasis di Inggris menyiarkan kecaman kepada negara-negara Arab yang mempekerjakan G4S.
“Mempekerjakan perusahaan tersebut tidak hanya dianggap sebagai upaya normalisasi hubungan dengan rezim Zionis tetapi juga sebagai bentuk kerja sama dengan Zionis untuk mencapai tujuannya di kawasan itu,” ujar Direktur Kampanye Melawan Zionisme, Ali Hattar dalam sebuah wawancara dengan program berita Al-Alam.
“Perusahaan keamanan G4S yang berbasis di Inggris memiliki peran khusus di wilayah Palestina yang dijajah dan perusahaan ini terlibat dalam banyak operasi pengawasan yang dilakukan dengan persetujuan negara-negara Arab. Perusahaan ini dan perusahaan lainnya yang serupa merupakan ancaman bagi negara Arab dan dapat menormalkan hubungan dengan rezim penjajah Zionis,” paparnya.
“Perusahaan seperti ini tidak bisa dikatakan sebagai perusahaan keamanan biasa, karena terlibat dalam operasi-operasi rahasia rezim Zionis. Mereka mendukung penyiksaan terhadap para tawanan Palestina dengan instrumen yang mereka sediakan atas nama rezim ‘israel’.
Unsur-unsur dari perusahaan tersebut terlatih untuk menerima perintah dari rezim Zionis di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat. Perusahaan ini bahkan menggunakan wanita sebagai mata-mata,” terang Ali Hattar.
Ali Hattar juga mengkritisi negara-negara Arab yang gagal memboikot perusahaan-perusahaan dan negara yang bekerja sama dengan rezim Zionis.
Selain melengkapi perlengkapan penjara-penjara Zionis yang menyekap dan menyiksa para tawanan Palestina, G4S juga menyediakan berbagai perlengkapan untuk pos-pos pemeriksaan militer ‘israel’ dan permukiman ilegal Yahudi. Keberadaan pos-pos ini merupakan ujung tombak penindasan sehari-hari terhadap rakyat Palestina baik di wilayah jajahan maupun di Tepi Barat.
Di Indonesia G4S beroperasi sejak 15 tahun lalu, dan kini memiliki 8.000 karyawan. Demikian ditulis di situs resminya.*