Hidayatullah.com | ANT— Angkatan Udara Israel menyerang Jalur Gaza utara, Senin, beberapa jam setelah pejuang Palestina menembakkan roket ke wilayah Yahudi itu, kata beberapa saksi dan militer.
Serangan udara ke Gaza itu merupakan yang pertama dalam waktu lebih dari dua bulan dan berlangsung ketika Israel mendorong rencana untuk membebaskan sejumlah tahanan Palestina, lapor AFP.
Beberapa saksi Palestina mengatakan, serangan itu ditujukan pada sebuah tempat pelatihan yang digunakan oleh pejuang sayap bersenjata gerakan Hamas di sebelah barat Beit Lahiya, namun tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut.
Militer mengkonfirmasi bahwa angkatan udara menyerang Gaza setelah penembakan roket ke Israel selatan.
Pernyataan militer sebelumnya mengatakan, dua roket ditembakkan ke kota pelabuhan Ashkelon, satu di antaranya ditembak jatuh oleh sistem pertahanan rudal Israel Iron Dome. Tidak ada kerusakan atau korban dalam serangan itu.
Serangan udara itu merupakan yang pertama sejak 14 Agustus, ketika Angkatan Udara Israel menyerang sasaran-sasaran di daerah yang sama untuk membalas penembakan roket.
Israel dan kelompok pejuang Hamas yang menguasai Jalur Gaza terlibat dalam perang delapan hari pada November 2012 yang menewaskan 177 orang Palestina, termasuk lebih dari 100 warga sipil, serta enam orang Israel — empat warga sipil dan dua prajurit.
Kekerasan itu meletus pada 14 November, dengan pembunuhan komandan militer Hamas Ahmad Ja’bari oleh Israel.
Selama operasi delapan hari itu, militer Israel menyatakan telah menghantam lebih dari 1.500 sasaran, sementara pejuang Gaza menembakkan 1.354 roket ke Israel, 421 di antaranya disergap oleh sistem anti-rudal Iron Dome. [baca: Syahid 105 Orang, Lebih 1750 Orang Warga Gaza Luka]
Menlu Mesir Muhammad Kamal Amr di Kairo dalam sebuah jumpa pers yang juga dihadiri Menlu AS Hilary Clinton mengumumkan gencatan senjata diberlakukan efektif pukul 21 waktu setempat – atau pukul 01 dini hari WIB.
Sebagaimana diketahui, kelompok pejuang Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmud Abbas dan didukung Amerika Serikat.
Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah — Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas. Uni Eropa, Israel dan AS justru memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi ‘teroris’ dan mendukung Abbas meski Hanas memenangi Pemilu dan dipercaya masyarakat.*