Hidayatullah.com—Penandatanganan kesepakatan normalisasi antara ‘Israel’ dan dua negara Teluk akan menjadi “hari berkabung” bagi dunia Arab, ungkap Perdana Menteri Otoritas Palestina (PA) pada hari Senin (14/09/2020). Baik PA dan Hamas, yang memimpin Jalur Gaza, telah mengutuk perjanjian yang ditengahi AS sebagai “tikaman di belakang” rakyat mereka.
Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu dan diplomat utama Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain akan menandatangani kesepakatan pada hari Selasa (15/09/2020), menormalkan hubungan tanpa kemajuan dalam penyelesaian perdamaian ‘Israel’-Palestina.
“Besok, kita akan menyaksikan hari berkabung dalam sejarah dunia Arab, kekalahan lembaga Liga Arab, yang tidak bersatu tetapi terpecah,””kata Mohammed Shtayyeh pada pertemuan mingguan kabinet PA-nya, dilansir oleh Middle East Eye (MEE). “Ini akan menjadi tanggal lain untuk menambah kalender penderitaan Palestina,” tambahnya.
Ia menambahkan PA harus mempertimbangkan kembali hubungannya dengan Liga Arab karena penolakannya untuk mengutuk dua kesepakatan normalisasi yang disepakati sejak bulan lalu. Palestina telah menyerukan protes pada Selasa bertepatan dengan upacara penandatanganan dan mendesak negara-negara Arab lainnya “untuk tidak ambil bagian dalam perayaan”.
Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif al-Zayani dan Menteri Luar Negeri dan Kerjasama Internasional UEA, Sheikh Abdullah bin Zayed bin Sultan al-Nahyan, tiba di Washington pada hari Ahad (13/09/2020), sementara Perdana Menteri Israel Netanyahu tiba pada hari Senin di tengah seruan untuk pengunduran dirinya di ‘Israel’. Bahrain dan UEA tidak berperang melawan pemerintah Zionis, tidak seperti Mesir dan Yordania yang masing-masing menandatangani perjanjian damai setelah kalah dengan penjajah tersebut pada 1979 dan 1994.
Juga pada hari Senin, para menteri pertahanan Bahrain dan negara Yahudi mengadakan panggilan telepon pertama mereka yang diakui secara publik. Kedua menteri membahas pentingnya perjanjian normalisasi untuk stabilitas kawasan dan “harapan bersama untuk membangun kemitraan yang erat antara kedua kementerian pertahanan”, menurut pernyataan dari kantor berita negara Bahrain BNA.
‘Israel’ dan dua negara Teluk Arab telah membicarakan peluang ekonomi dan beberapa perjanjian kerja sama bisnis telah ditandatangani. Menteri dalam negeri Bahrain mengatakan normalisasi akan melindungi kepentingan negara dan “berdampak positif pada ekonomi kedua negara”.
Berbeda dengan reaksi di UEA, warga Bahrain secara vokal mengkritik pemerintah etelah kesepakatan itu diumumkan, menjadikan tagar “warga Bahrain menentang normalisasi” sebagai topik paling populer di media sosial. Sementara itu, Bank Nasional Dubai (NBD), grup perbankan terbesar di UEA, menandatangani nota kesepahaman pada hari Senin dengan Bank Hapoalim ‘Israel’.
Penandatangan tersebut menandai perjanjian perbankan pertama antara pemberi pinjaman di kedua negara sejak mereka setuju untuk menormalisasi hubungan bulan lalu. “Merupakan kehormatan besar untuk menjadi bank pertama yang menandatangani perjanjian yang akan berkontribusi pada pembentukan hubungan antara kedua negara,” kata CEO Bank Hapoalim, Dov Kotler, dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh NBD.
Dikatakan bahwa memorandum itu adalah “bagian dari keterlibatan yang lebih luas antara UEA dan ‘Israel’ untuk perdamaian, dialog dan stabilitas lebih lanjut dan membangun kerja sama untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan”.*