Hidayatullah.com–Kepala biro politik Hamas Ismail Haniyah menegaskan bahwa Land Day yang memperingati pembunuhan enam warga Palestina oleh pasukan Israel pada 1976 merupakan penegasan hak warga Palestina untuk kembali ke tanah air mereka. Dalam wawancara eksklusif dengan Anadolu Agency di Istanbul, pada peringatan 45 tahun Land Day, Haniyah mengatakan peringatan tersebut menegaskan kepatuhan terhadap “tanah air dan hak untuk kembali. Ini adalah hak suci yang tidak dapat diabaikan siapa pun.”
Land Day Palestina adalah peringatan pembunuhan enam warga Palestina selama protes terhadap keputusan Israel untuk mengambil alih sekitar 21.000 dunam tanah pada 30 Maret 1976. “Land Day adalah hari abadi dalam mengenang rakyat Palestina. Ini menandai konfrontasi langsung antara masyarakat di tanah yang diduduki pada 1948 dan pendudukan Zionis, yang mencoba untuk mengontrol dan menetap di tanah Palestina kami yang diduduki,” kata Haniyah.
“Selama [perlawanan kami], sejumlah orang terluka dan gugur. Orang Palestina memperingati hari ini setiap tahun karena membawa banyak simbol, yang terpenting adalah bahwa tanah adalah inti dari konflik antara kami dan pendudukan ini,” sebut dia.
Haniyah melanjutkan dengan mengatakan bahwa rakyat Palestina melakukan pengorbanan yang tak ternilai dan berharga untuk melindungi tanah air dengan menghadapi rencana aneksasi dan pemukiman sejak penjajah Israel menduduki Palestina. Kepala Hamas itu mengungkapkan bahwa rakyat Palestina kini telah bersatu di Gaza, Tepi Barat, Yerusalem, serta wilayah pengasingan dan diaspora.
âKesetiaan kami pada tanah air dan hak untuk kembali adalah hak sakral yang tidak dapat ditinggalkan atau diabaikan oleh siapa pun. Oleh karena itu, saya memberikan salam khusus kepada warga yang tinggal di wilayah pendudukan sejak 1948 dan saya meyakinkan mereka bahwa pertempuran itu adalah satu dan takdirnya sama,â sebut dia. “Rakyat Palestina akan memiliki entitas politik, tanah dan negaranya di atas tanah Palestina, Insya Allah,” pungkas Haniyah.
Islah Antar Negara Â
Dalam wawancara eksklusif dengan Anadolu Agency, Ismail Haniyah membahas berbagai topik mulai dari pemilu Palestina hingga krisis politik di âIsraelâ. Menuruutnya, pemilihan legislatif yang akan datang di Palestina yang dijadwalkan pada Mei, Haniyah mengungkapkan “komitmen” gerakannya untuk membentuk pemerintahan “konsensus nasional”.
Bahkan jika muncul sebagai pemenang, dengan mengatakan langkah tersebut penting dalam menghadapi pendudukan Zionis.
âHamas ikut pemilu atas dasar kemitraan dan bukan atas dasar kemenangan. Ia tidak ingin mendominasi sistem politik Palestina, âkatanya.
Pada bulan Januari, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengeluarkan dekrit yang mengatur tanggal pemilihan tahun ini: pemilihan legislatif pada 22 Mei, pemilihan presiden pada 31 Juli, dan Dewan Nasional pada 31 Agustus. Menurut Haniyah, pemilu mendatang merupakan “kritis” dalam memperbaiki kondisi Palestina saat ini.
Ia juga memuji  perbaikan hubungan Turki-Mesir baru-baru ini akan membantu perjuangan Palestina. Menurutnya, upaya islah antara dua negara besar itu akan berdampak kebaikan pada Palestina.
âKami menyambut pemulihan hubungan Turki-Mesir, dan kami percaya bahwa lebih banyak pemahaman antara mereka dan antara negara-negara Arab dan Islam akan mencerminkan secara positif pada kami di Palestina dan di negara-negara Arab,â Ismail Haniyah mengatakan kepada Anadolu Agency.
âKami memilih nama ‘Yerusalem, tujuan kami’ sebagai slogan pemilu, tepatnya untuk memastikan bahwa Yerusalem adalah alamat kami, kompas kami, ibu kota kami, dan kehormatan kami,â jelas Haniyah.
Pemimpin itu juga mengatakan dia yakin bahwa pemilihan akan berlangsung sesuai rencana meskipun ada tekanan, terutama dari Israel untuk menundanya. âIni adalah salah satu tantangan di hadapan kami, tetapi kami berpegang pada pemilihan sebagai cara untuk mengatur rumah Palestina kami,â katanya.*