Hidayatullah.com — Seorang menteri “Israel” pada hari Senin (22/11/2021) menyerukan untuk memasang kembali detektor logam di gerbang masjid Al-Aqsha di Kota Tua Yerusalem Timur yang diduduki. Hal itu setelah seorang warga Palestina dan seorang warga “Israel” dari Afrika Selatan tewas dalam insiden penembakan pada hari Ahad (21/11/2021).
Yoaz Hendel, menteri komunikasi, mengatakan bahwa “Israel” “harus memastikan bahwa tidak ada orang bersenjata yang memasuki Yerusalem”.
“Soal detektor logam harus dikaji ulang. Kami sudah menyerah pada ini di masa lalu dan tidak mungkin untuk menyerah di masa depan,” katanya pada Ahad (20/11/2021), dilansir oleh Middle East Eye.
Zionis “Israel” memasang detektor logam pada musim panas 2017 di gerbang lapangan terbuka Haram al-Sharif, yang dikenal orang Yahudi sebagai Temple Mount. Langkah itu dikecam oleh penduduk Palestina, yang pada saat itu menolak memasuki kompleks itu melalui penghalang “Israel” sebagai protes.
Tindakan itu dilakukan setelah penjaga keamanan Zionis “Israel” terjadi di dekat gerbang Masjid Al-Aqsha pada Juli 2017.
“Israel” harus melepas detektor logam di tengah meningkatnya protes di Yerusalem dan peringatan dari intelijen Zionis tentang eskalasi di Tepi Barat yang diduduki.
Penembakan di Yerusalem
Pada hari Ahad, Fadi Abu Shukhaidem, seorang guru berusia 42 tahun, menembak mati Eliyahu David Kay, yang baru saja pindah ke “Israel” dan bergabung dengan militer Zionis, menurut Times of Israel.
Pihak berwenang “Israel” telah melancarkan tindakan keras terhadap keluarga Abu Shukhaidem sejak insiden itu. Mereka menyerbu rumahnya di kamp pengungsi Shufaat, serta Rashidiya, sebuah sekolah di seberang tembok kuno Yerusalem tempat dia mengajar.
Pasukan “Israel” juga menggerebek rumah Adnan Gheith, Walikota Otoritas Palestina (PA) di Yerusalem, pada Ahad malam.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menurut kantor berita Wafa, tentara Zionis menembakkan granat kejut ke rumah walikota di lingkungan Silwan, memukulinya dan anggota keluarganya, menyebabkan luka-luka, dan menangkap tiga dari mereka.
Gheith, yang tinggal di Yerusalem Timur, telah masuk dan keluar dari tahanan “Israel” sebanyak 28 kali sejak 2018. Sejak itu, dia dilarang oleh otoritas “Israel” memasuki Kota Tua dan kota-kota di Tepi Barat atau berkomunikasi dengan 51 tokoh nasional Palestina.*