Hidayatullah.com | Lantunan ayat suci al-Qur’an itu terdengar cukup jelas dari mulut Muhammad Azmi. Ia membaca surat Ali-Imran ayat 133-136. Setelah ayat terakhir dibaca Azmi, kemudian Kodar, membaca terjemahannya.
Beberapa jamaah yang hadir di Masjid Al-Ikhlas, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kembangkuning, Nusakambangan itu tampak berlinang air mata. Sesekali mengusapnya dengan jari.
Ayat yang dibaca tersebut mengajak manusia untuk segera bertobat, meminta ampunan kepada Allah Ta’ala atas segala dosa-dosa yang dilakukan. Sebagai balasannya, Allah Ta’ala akan mengampuni dosa hambanya dan menempatkan di surga-Nya.
Pembacaan ayat suci tersebut merupakan rangkaian dari acara Tabligh Akbar Muharram 1441 Hijriyah di Lapas Kembangkuning, Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Dalam tausiyahnya, dai KH Ahmad Shonhaji mengatakan bahwa tahun baru Hijriyah merupakan momentum umat Muslim untuk melakukan perubahan. Perubahan dari yang buruk menjadi baik.
“Oleh karena itu, manfaatkan tahun baru Hijriah 1441 kali ini untuk melakukan perubahan,” katanya, di hadapan ratusan narapidana yang hadir, Rabu (04/09/2019).
Menurut Shonhaji, manusia tidak terlepas dari perbuatan dosa. Namun, Allah Yang Maha Rahman dan Rahim senantiasa menerima taubat hamba-Nya.
“Hijrah yang mudah-mudah dulu lah, misalnya hijrah lisan. Caranya banyak-banyak berzikir mengingat Allah,” ajak Shonhaji.
Baca: IMS – DD Gelar Tabligh Akbar & Hapus Tato di LP Nusakambangan
Al-Qur’an dan Hidayah di LP
Pada kesempatan itu, al-Qur’an untuk warga binaan pemasyarakatan (WBP) dari Yayasan Wakaf Qur’an Suara Hidayatullah secara simbolis diserahkan kepada Kalapas Kelas IIA Kembangkuning, Edy Saryanto.
“Saya menyampaikan ungkapan terima kasih kepada Yayasan Wakaf Quran Suara Hidayatullah yang turut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Tentu al-Qur’an ini sangat bermanfaat bagi warga lapas,” kata Edy.
“Mereka yang sudah berhijrah banyak memanfaatkan waktunya untuk beribadah, seperti membaca al-Qur’an, zikir, berdoa, shalat tahajud, dan shalat dhuha,” imbuhnya.
Tim Yayasan Wakaf Quran Suara Hidayatullah sempat berbincang-bincang dengan warga binaan. Di antaranya seorang narapidana dengan inisial nama F. Pria asal Bandung ini mengikuti program hapus tato gratis yang diselenggarakan oleh Lapas Kembangkuning bekerja sama dengan Islamic Medical Service (IMS).
Pria yang sudah mendekam selama 11 tahun karena kasus pembunuhan ini merasa senang. Pasalnya, upaya menghapus tato bergambar cicak di lengannya itu dianggap sebagai bukti hijrahnya.
“Dulu ditato waktu SMP, iseng saja, ikut-ikutan teman. Alhamdulillah, hikmahnya di sini saya sekarang bisa mengaji, berzikir, shalat dhuha, membaca buku dan majalah Islam,” ujarnya.
“Mohon doanya, insya Allah, setelah keluar saya mau cari rezeki yang halal, saya mau jualan gorengan,” kata F, yang kini aktif mengelola perpustakaan Pancaran Ilmu milik lapas.
“Saya ditugaskan mencatat buku-buku dan majalah yang dipinjam teman-teman,” katanya.
Seorang narapidana berinisial I (42 tahun) sedang menjalani hukuman empat tahun penjara. Ia termasuk yang berusaha hijrah.
“Alhamdulillah, di sini banyak pembinaan, dulu saya ada pemahaman-pemahaman yang keliru, semangat tapi tidak benar, lalu saya hijrah, belajar lagi agama,” ujar I yang sudah dua tahun berada di lapas.
Sama halnya dengan F dan I. Narapidana bernama inisial M (38 tahun) ini juga mengaku mendapat hidayah di lapas. Ia sedang menjalani hukuman 20 tahun penjara. Di antara bentuk hijrahnya yaitu mengikuti program hapus tato.
“Alhamdulillah, saya di sini mendapat hidayah. Saya bisa beribadah shalat, membaca Qur’an tapi hijrah saya merasa kurang afdol karena masih ada tato,” katanya.
Menurutnya, tato gambar naga ia buat hanya ikut-ikutan saja. Namun, karena lingkungan lapas yang mendukung sehingga para narapidana pun banyak yang berhijrah. Ia mengaku mulai hijrah tahun 2016.
“Setelah keluar dari sini (lapas), saya ingin memulai kehidupan yang baru, bermanfaat untuk diri saya, keluarga, dan masyarakat,” ungkapnya.
Pulau Nusakambangan adalah sebuah pulau yang secara geografis masuk dalam wilayah Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Pulau ini dikenal sebagai tempat beberapa lapas berkeamanan tinggi.
Saat ini, terdapat delapan Lapas di Pulau Nusakambangan, yaitu Lapas Batu, Lapas Besi, Lapas Kembangkuning, Lapas Pasir Putih, Lapas Permisan, dan Lapas Narkotika.
Selain itu, ada Lapas Terbuka dan yang baru diresmikan Agustus lalu oleh Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia (Menkumham) Yasonna Hamonangan Laoly adalah Lapas Karanganyar.
Lapas Super Maximum Security (SMS) Karanganyar adalah lapas berpengamanan super ketat. Letak lapas high risk ini di sebuah bukit, benar-benar terpisah dari tujuh lapas lain di pulau penjara ini.
Baca: Menkumham Berikan IMS Penghargaan atas Program Hapus Tato
“Kamar Santri”
Koordinator bimbingan ruhani Muslim untuk Lapas se-Nusakambangan Ustadz Hasan Makarim, menyatakan komitmennya, ”Terima kasih saya sampaikan kepada Yayasan Wakaf Quran Suara Hidayatullah. Insya Allah, kerjasamanya akan terus berlanjut. Sebelum ini juga telah dibagikan al-Qur’an untuk warga Lapas Batu. Saya akan terus berupaya mendatangkan lembaga yang membantu program Kalapas,” katanya.
Sementara itu, takmir Masjid Al-Ikhlas, Deni Setia memaparkan, “Di sini banyak waktu luang, karena itu al-Qur’an sangat diperlukan oleh warga binaan yang juga jamaah Masjid Al-Ikhlas. Di sini ada yang baru bisa belajar membaca al-Qur’an, tetapi banyak juga yang sudah khatam membaca al-Qur’an.”
Menurut Deni, yang juga pada acara tersebut diberi kesempatan menjadi MC, bahwa di Lapas Kembangkuning ini juga ada “kamar santri”. Santri yang boleh masuk harus dites dahulu, baik itu hafalan Qur’annya maupun kualitas bacaannya.* Dadang Kusmayadi