Hidayatullah.com | BAGI Dewan Kesejateraan Masjid (DKM) Al Aqsha De Latinos BSD, kurban saat pandemi adalah tantangan tersendiri dan kerap mengejutkan. Mengejutkan karena diperkirakan turun jumlahnya, tetapi malah naik. Sehingga dibutuhkan strategi tersendiri untuk menyembelih dan mengantarkannya pada penerima daging kurban.
Tahun ini, DKM Alqsha harus menyembelih 63 sapi dan 67 kambing/ domba dari 500 orang muqorib, dengan memenuhi protokol kesehatan Covid-19 agar tak jadi titik tular baru. Dan ini benar-benar tidak mudah, sehingga DKM ngebut rapat dan persiapan agar amanah besar bisa dilaksanakan dengan baik.
“Alhamdulillah kami menerima banyak kejutan, semangat muqorib tahun ini luar biasa. Meskipun situasi tengah sulit karena covid, namun jumlah hewan kurban naik. Semua hewan ini berasal dari jamaah kompleks De Latinos saja.” kata Abu Humaira Ketua DKM Al Aqsha De Latinos. Masjid Al Aqsha sendiri berada di Komplek perumahan De Latinos Bumi Serpong Damai (BSD) Banten. Komunitas muslimnya kurang dari 50 persen dari total 1500 KK.
Sejak awal DKM memang punya prinsip bahwa penyembelihan harus dilakukan di masjid, tidak ada hewan kurban hidup yang keluar dari masjid setelah diserahkan muqorib kepada DKM. “Semua harus terpotong disini. Kalau nggak bisa menimbulkan fitnah,” tambah Abu Humaira lagi.
Selama ini, Al Aqsha memang memotong sendiri semua hewan kurban dengan hati-hati dan syarat yang cukup ketat, penyembelihan harus dilakukan ustad dan anggota DKM yang sholatnya bagus dan sering ke masjid. Meskipun begitu, pemilik kurban tetap diberi pilihan untuk memotong sendiri. “Memberi rasa nyaman kepada muqorib. Karena itu, penyembelih punya spesifikasi khusus, tidak semua bisa menyembelih,” tambahnya.
Satu Sapi, 30 Menit
Sejak lima tahun lalu, DKM selalu menangani sendiri hewan kurban dan menyelesaikan dalam sehari, meskipun itu hari jumat. Maka tak heran, DKM selalu punya formula khusus untuk menangani kegiatan tahunan ini. Sehingga masjid ini sudah membangun mekanisme seperti rumah jagal. Mulai crane untuk perpindahan sapi sampai proses lajur per lajur untuk mempercepat jadi daging cincang yang siap dibagikan. Maksimal satu sapi hanya butuh proses sekitar 30 menit.
Tahun lalu, masjid ini menjagal 55 kambing dan 63 kambing/domba dalam sehari. Sungguh kerja cepat dan tim jamaah masjid yang solid, bayangkan saja, satu rumah Potong Hewan (RPH) sehari hanya memotong maksimal 10 ekor sapi.
Tahun ini DKM punya terobosan baru, yaitu alat pengguling hewan, sehingga proses merontanya sapi bisa sangat dikurangi. Alat itu adalah besi boks terbuka berukuran satu kali dua meter yang satu sisinya tempat mengikat sapi, dasarnya dikasih engsel sehingga bisa direbahkan. Sehingga begitu sudah terikat, tanpa polah, hewan langsung dipotong. Alat ini termasuk spesial, karena dibuat dan dirancang khusus oleh DKM. “Kita butuh 10 menit sampai sampai hewan benar-benar mati,” kata ust Iwan, Direktur Aqshamart yang juga turun tangan jadi jagal.
Lalu berapa tenaga yang dibutuhkan untuk menjagal hewan sebanyak itu? “Kita butuh helper, sekitar 60 orang. Mereka adalah tenaga laki-laki yang membantu DKM menjalankan sistem potong ini, mulai menguliti sampai menggergaji tulang. Sedangkan ummahat bersama-sama memasukkan dalam kemasan, lalu Aqma –Al Aqsha Muda (remaja masjid) membantu untuk dari awal proses hingga deliveri.” Ungkap Suratijo, Ketua Panitia Kurban DKM Al Aqsha.
Hanya saja, jika biasanya sehari selesai. Untuk tahun ini, 63 sapi dan 67 kambing domba itu diselesaikan dalam dua hari. Pertimbanganya tentu covid. Selain itu, tak boleh berkumpul banyak orang, sehingga panitia selektif memilih siapa saja yang harus bertanggungjawab sekaligus berada di lingkar ‘rumah jagal’ untuk menjalankan amanah ini.
Karena covid juga, maka titik potong dijadikan berjauhan, antara kambing dan sapi dibedakan jarak lebih dari 100 meter. Tidak boleh ditonton langsung oleh muqorib, kecuali jika penyembelihnya adalah muqorib sendiri. Tapi bagi yang menyerahkan kepada DKM, mereka bisa mengikuti live streaming zoom yang dilakukan melalui tiga kamera di tiga titik penyembelihan, dua sapi dan satu kambing.
“Semua muqorib sudah diberi jadwal jam sembelihan sehari sebelumnya, dan lima belas menit sebelum jam itu, mereka diminta standby.” Kata Rifandi, anggota DKM yang bertanggung jawab melakukan siaran langsung dari lapangan ke rumah-rumah muqorib. Ini perlu, karena muqorib akan mengikuti bacaan niat sebelum berkurban yang dipandu oleh ‘penyiar lapangan’.
Persiapan Setahun
Bagi DKM Al Aqsha, kegiatan kurban memang menjadi hajatan besar yang mengerahkan banyak pihak, mulai ummahat yang mencari muqorib dan tim khusus yang menjadi hewan kurban. Selain itu, DKM juga harus membentuk tim yang solid agar kegiatan ini berlangsung lancar.
Tim khusus hewan kurban ini bahkan harus mencari dan menyiapkan hewan kurban beberapa bulan sebelumnya, karena banyak masjid yang mencari hewan kurban ke Al Aqsha. “Putaran uang kurban di masjid ini bisa sampai Rp 1,5 miliar lebih untuk belanja dan segala macamnya,” ungkap Abu Humaira lagi. “Tahun ini, mencapai 1,3 miliar,” tambah Suratijo.
Dan dari putaran uang itu, Panitia biasanya menyerahkan uang sisa usaha yang merupakan hasil jual beli sapi dengan pihak luar. “Tahun lalu masjid terima Rp 110 juta,” cerita Abu Humaira.
Daging kurban ini kemudian dikirimkan kepada dua penerima, pertama adalah mereka yang mendukung kegiatan di lingkungan kompeks De Latinos BSD, mulai tukang sapu, security, sopir sampai asisten rumah tangga dan ojol. Kedua, dikirim ke mushola, asrama yatim piatu atau lembaga yang membutuhkan daging kurban dan juga 14 RT di sekitar kompleks. Untuk mereka biasanya dikirim ‘gelondongan’, sapi dan kambing yang sudah tersembelih.*/Abi Rafkha