PEMBANGUNAN dan perkembangan ibu kota nampaknya mengabaikan penderitaan seorang warga Emas yang tinggal sendirian di hutan kecil selama lebih dari 30 tahun. Itulah sepenggal kisah hidup Mohamad Dris (74) warga Kuala Lumpur, Malaysia yang tinggal di belakang Perumahan Damaisari, Wangsa Melawati.
Mohammad Dris mengatakan dirinya hidup sebatang kara di gubuk usang karena tidak mampu menyewa rumah semenjak tidak memiliki pendapatan sebagai penyadap karet di lahan itu.
“Paman tidak larat untuk bekerja lagi dan lebih parah dari itu pakcik kini mengidap penyakit kencing manis … nak makan pun kena hati-hati takut nanti penyakit bertambah buruk,” katanya kepada Bernama di gubuknya di sini.
“Paman sudah lelah untuk bekerja terlalu lama.Lebih parah lagi paman yang kini menderita diabetes. Mau makanpun harus berhati-hati takut penyakit akan menjadi lebih buruk, “katanya dikutip Bernama, Kamis (01/01/2015).
Mohamad yang tidak pernah menikah, mengatakan dirinya tidak suka mencari simpati pada orang lain. Sebaliknya ia lebih suka mengelola hidup secara sendirian.
Gubuk yang dibangun pada 1980 dengan menggunakan papan dan seng yang dibuang kini sudah rusak dan lapuk. Di dalamnya hanya terdapat sebuah meja papan buatan sendirinya dan tikar karet yang dijadikan alas tidur sehari-hari.
Bahkan, fasilitas dasar seperti listrik dan air tidak pernah ia dirasakan sejak menetap di gubuk itu.
Sementara itu, Wakil Kepala Balai Polis Wangsa Maju, Sersan Jasman Aris yang ditemui Bernama mengatakan pihaknya mendapati warga Emas itu saat sedang melakukan operasi ‘Santa’ pada malam Perayaan Natal 25 Desember lalu.
“Kami menerima keluhan dari penduduk setempat bahwa ada sebuah gubuk dalam hutan kecil di belakang perumahan Damaisari, Desa Melawati yang khawatir dengan keberadaan gubuk tersebut menjadi sarang bagi kegiatan narkoba dan kasus kriminal lainnya sebelum ini,” katanya.
Menceritakan pengalamannya, Jasman mengatakan pihaknya akhirnya memutuskan membuat operasi pada pukul 1 pagi dini hari dan kehadiran mereka disambut dengan lolongan anjing. Tak lama kemudian keluar warga Emas ini dalam kondisi mengenaskan, hanya memakai kain perekat yang sudah lusuh tanpa baju dari dalam gubuk tersebut.
“Sedih melihat kondisi paman itu, seorang anggota kami segera membeli nasi dan paman Mohamad menangis karena terharu ketika menerima makanan tesebut.
“Dia tersenyum dan berkata paman tidak bisa makan nasi dan minum air bergula karena ada diabetes,” katanya.
Inilah kisah seorang pria warga Emas yang tinggal sendirian di hutan Wangsa Melawati lebih 30 tahun.
Jasman mengatakan seorang anggotanya kemudian memberikan roti dan air mineral dan ia menerimanya dengan senyuman.
“Sementara menunggu bantuan dari pihak Dinas Sosial, anggota kami bergantian mengirim pasokan roti dan air ke Paman Mohamad karena simpati dengan keadaannya,” katanya.
Dia mengatakan pihak Balai Polis Wangsa Maju telah memperpanjang hal tersebut kepada Baitulmaal Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan (MAIWP) dan sedang berusaha untuk mendapatkan rumah lebih nyaman untuk Mohamad Dris berteduh.
“Kami di Balai Polis Wangsa Maju berharap Paman Mohamad mendapat dukungan dan bantuan segera dari pihak Baitumal dan penduduk sekitar untuk mengubah masa depannya,” katanya.
Setelah polisi menemukan Mohamad, sketsa hidupnya kini ibarat rezeki turun dari langit.
“Saya ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada anggota Balai Polis Wangsa Maju karena sudi mengirim makanan setiap hari kepada saya.
“Kini saya tidak perlu risau bagaimana mendapatkan makanan lagi dan saya rasa terharu dengan sikap prihatin yang ditunjukkan oleh warga Balai Polis Wangsa Maju yang terlihat bersungguh-sungguh mengulurkan bantuan kepada saya. . saya tidak berniat untuk menyusahkan mereka,” katanya.
Menurut posting terbaru Facebook Balai Polis Wangsa Maju, Baitulmal MAIWP akan menanggung biaya pembangunan rumah pak cik berlaku setelah disetujui beliau untuk dipindahkan.*