Sambungan artikel PERTAMA
Restoran Baraka sering dikunjungi oleh tamu sesama Sufi, orang-orang New Age yaitu suatu gerakan spiritual zaman baru, wisatawan, dan orang-orang seperti penduduk lokal.
Restoran ini tidak menyediakan alkohol atau daging babi, tapi tidak sepenuhnya vegetarian. Semuanya dimasak ala masakan rumah dan berbahan organik.
Saya memesan ayam tagine khas Maroko yang lezat, lalu ditutup dengan menyantap kue kurma-kayu manis dengan whipped cream.
Duduk di teras di Baraka dapat dijadikan pelajaran bagaimana perbedaan kebangsaan, ideologi, dan agama bisa berinteraksi dengan damai.
Orang-orang berambut gimbal dan berkerudung, bahkan terkadang biksu-biksu berjubah oranye juga tampak di sana. Saya mendengar orang-orang berbahasa Inggris, Prancis, Jerman, Arab dan kadang-kadang Spanyol juga.
“Anda berbahasa Arab?” saya bertanya.
“Tidak,” Qasim menjawab sambil tersenyum, “Kami berdoa dalam bahasa Arab, tapi itu sejauh pengetahuan saya tentang bahasa Arab.”
Kendati benar-benar sibuk, Qasim membawa saya ke dargah (rumah peribadatan) mereka, di mana setiap malam Kamis komunitas tersebut menyelenggarakan zikir yaitu memuji-muji Allah, dan hadra yaitu bermeditasi. Pada hari suci setiap Jumat, digelar lebih banyak doa dan makan bersama.
Dargah tersebut merupakan bangunan sederhana, tersembunyi di antara pepohonan zaitun dan jeruk sekitar 2 km di luar desa.
Di sana ada ruang sholat kecil, sebuah dapur, dan tiga kamar tamu seadanya yang disediakan untuk mengunjungi orang-orang sesama Sufi. Tampak anak-anak berlari-larian ketika para perempuan mempersiapkan makanan dan menjamu sekelompok tamu.
“Mereka (para tamu) adalah orang-orang dari Maroko dan negara-negara Islam lainnya yang ikut serta dalam tur yang disebut Pariwisata Halal, (mereka) mengunjungi komunitas-komunitas Muslim di negara-negara lain. Tur ini menjadi cukup populer,” Qasim menjelaskan.
Dia setuju dengan Bahia tentang perlunya menyebarkan pesan tentang perdamaian, cinta kasih, dan saling memahami kepada umat non-muslim.
“Selain dari menjalani apa yang kami percayai, kami (juga) menyambut para pengunjung seperti Anda yang bisa menceritakan tentang kami kepada dunia,” katanya.
Sebelum mengucapkan selamat jalan kepada saya, dia menambahkan, “Mungkin suatu hari nanti kita semua bisa hidup damai, insya Allah,” kutip BBC.*