Menurut penelitian, kekeringan dan panas ekstrem bisa bertahan dua bulan setiap tahun di beberapa bagian daerah tropis, menempatkan risiko penyakit yang berhubungan dengan panas terutama di kalangan orang tua dan kelompok rentan
Hidayatullah.com | DUNIA telah dilanda kekeringan ekstrim dan musim panas yang telah membuat banyak sungai kering. Sebuah penelitian mengungkapkan gelombang panas ‘berbahaya’ diperkirakan akan melanda dunia setidaknya tiga kali lebih sering seiring memburuknya perubahan iklim.
Menurut sebuah penelitian berjudul “Nature Communications Earth & Environment” yang diterbitkan Kamis lalu, pada tahun 2100 indeks panas ekstrem dapat berlangsung untuk sebagian besar musim panas di daerah-daerah seperti Amerika Serikat bagian tenggara (AS). Mengutip situs web Biro Statistik Tenaga Kerja AS, bagian tenggara AS meliputi Alabama, Florida, Georgia, Kentucky, Mississippi, Maryland, dan Carolina Utara.
Penulis utama studi tersebut, Lucas Vargas Zeppetello dari Universitas Harvard, memperkirakan situasi akan memburuk di daerah tropis dengan suhu berbahaya yang terjadi hampir setiap hari setiap tahun pada akhir abad ini. Dikatakannya, jika laju emisi tidak dikendalikan, beberapa bagian daerah tropis termasuk sub-Sahara Afrika dan India berisiko tinggi mengalami tingkat panas yang berbahaya.
“Jadi itulah hal yang menakutkan tentang ini. Miliaran orang berpotensi terkena tingkat panas yang sangat berbahaya secara teratur jika tidak ada tindakan yang diambil,” katanya dikutip laman Nature. “Sesuatu yang hampir tidak pernah terjadi sebelumnya akan berubah menjadi sesuatu yang terjadi setiap tahun,” katanya dalam laporan tersebut.”
Dalam skenario terburuk di mana emisi terus tidak terkendali, Lucas menambahkan suhu ekstrem bisa bertahan hingga dua bulan setiap tahun di beberapa bagian daerah tropis. Situasi tersebut menempatkan risiko penyakit yang berhubungan dengan panas terutama di kalangan orang tua, kelompok rentan dan mereka yang bekerja di luar.
Sementara itu, penelitian menyebutkan bahwa gelombang panas mematikan juga akan melanda daerah tropis terluar dengan kemungkinan akan menjadi peristiwa tahunan. Peneliti menggunakan indeks panas yang menempatkan tingkat ‘bahaya’ pada 39,4 derajat Celcius, sedangkan suhu di atas 51 derajat Celcius dianggap ‘sangat berbahaya’ dan sama sekali tidak aman bagi manusia.
Muslim panas telah membuat beberapa sungai mongering. Berikut adalah beberapa yang telah ditemukan selama beberapa bulan terakhir.
Danau Mead, Amerika Serikat
Ketinggian air di Danau Mead di Nevada telah mencapai titik terendah, memperlihatkan tubuh manusia yang pernah ‘terkubur’ di dasarnya. Mei lalu, dua set kerangka manusia ditemukan dalam waktu seminggu. Pada bulan Juli dan Agustus, dua kerangka lagi ditemukan. Pada bulan Juni dan Juli, beberapa kerangka kapal dan kapal yang tenggelam mulai muncul ke permukaan.

Sungai Tigris, Irak
Pada bulan Desember 2021, air surut mengungkapkan sebuah kota berusia 3.400 tahun di sepanjang Sungai Tigris di Irak, mendorong para arkeolog untuk bergegas ke situs tersebut untuk menggali dan memetakan sebagian besar kota sebelum dihancurkan oleh paparan perubahan cuaca. Situs arkeologi, yang disebut Kemune, mencakup sebuah istana dengan tembok setinggi 20 kaki, beberapa menara dan bangunan bertingkat.
Pada bulan Februari, sebuah desa yang pernah banjir muncul kembali di Spanyol setelah kekeringan mengeringkan bendungan di perbatasan Spanyol-Portugis. Desa Aceredo di wilayah Galicia, barat laut Spanyol, sebelumnya dibanjiri pada tahun 1992 untuk membuat reservoir Alto Lindoso.

Sungai Yanstze
Di Sungai Yangtze, China, siapa sangka penemuan pusaka yang sudah lama tidak terlihat di pulau yang pernah tenggelam di kota Chongqing itu, kini mulai ‘muncul’. Pulau ‘muncul’ dengan tiga patung batu patung Buddha yang diyakini berusia 600 tahun. Ketiga patung itu ditemukan di bagian tertinggi pulau yang disebut Foyeliang, yang diidentifikasi dibangun pada masa dinasti Ming dan Qing.
Kekeringan parah telah mengungkapkan jejak dinosaurus berusia 113 juta tahun di dasar sungai di Texas tengah. Jejak kaki besar milik acrocanthosaurus itu tidak terlihat sejak tahun 2000, karena berada di bawah air dan beberapa lapisan sedimen.*