HARI-HARI ini kita sering mendengar istilah radikal. Bagi mereka yang berpikri liberal, radikal itu berbahaya. Tetapi, sebenarnya radikal tidak melulu seperti yang dipahami kelompok liberal. Karena radikal sebenarnya istilah yang juga memiliki makna positif. Seperti beriman dengan sepenuh hati, sampai pada tingkat keimanan paling dasar dan pengamalan yang terbaik.
Dalam masalah keimanan, kita mesti radikal, bukan untuk menghakimi orang atau malah melakukan tindakan kontraproduktif. Tetapi, untuk mengamalkan ajaran Islam sebaik-baiknya dalam keseharian kita. Bukan melulu ibadah atau apapun. Tetapi juga mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang luhur, beradab dan sangat mulia.
Satu di antara ajaran Islam yang hendaknya setiap jiwa mengamalkannya adalah menyayangi binatang. Jangan salah, Islam sangat care lho terhadap masalah ini.
Di tahun 2013 ibukota negara pernah dihebohkan dengan berita tiga ekor anjing yang ditelantarkan pemiliknya di kawasan Lippo Karawaci. Dan, penelantaran itu hampir saja berujung proses hukum. Ironisnya, praktik menelantarkan dan membuang anjing kini cukup marak terjadi.
Kemudian, sebagian manusia menjadikan binatang sebagai alat berjudi. Seperti ayam jantan, anjing pitbull, termasuk juga domba. Ketika saya datang ke suatu kota di Jawa Barat, teman saya bercerita bahwa dirinya baru saja melintasi jalan yang sedang ramai orang berkumpul menyaksikan taruhan adu domba.
Kebetulan teman saya itu berani bertanya, “Lho pak kenapa dombanya di adu-adu, gak kasihan?” Dengan enteng sang empu domba menjawab, “Namanya juga domba Mas, untuk apa kalau tidak diadu.”
Lantas bagaimana dengan kucing? Nasibnya tidak jauh beda dengan binatang piaraan lainnya. Kalau dulu, terutama di kampung-kampung, kucing hidup baik. Karena di setiap rumah penghuninya mau memelihara dengan baik. Tetapi kini, terutama di komplek perumahan tidak jarang kucing melintas dengan kaki pincang dan kulit terkelupas.
Fakta tersebut cukup menjadi bukti bahwa kini perilaku menyayangi binatang mulai ditinggalkan. Padahal, Islam juga menekankan pentingnya setiap Muslim menyayangi binatang.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Ketika ada seorang lelaki sedang berjalan di suatu jalan ia merasa sangat haus. Lalu ia menemukan sebuah sumur kemudian ia turun kedalamnya lalu ia minum dan kemudian keluar. Tiba-tiba ada seekor anjing yang menjulurkan lidahnya. Dia makan tanah lembab karena hausnya.
Orang itu lalu berkata, ‘Anjing ini telah mengalami kehausan seperti yang aku alami.’ Lalu ia turun ke sumur itu kemudian mengisi sepatunya dengan ir dan memeganginya dengan mulutnya lalu memberi minum anjing itu. Maka, Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.’
Para sahabat kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah terhadap hewan-hewan ada pahala bagi kami?” Beliau bersabda, “Pada setiap makhluk hidup mendapat pahala.” (HR. Muslim).
Syeikh Dr. Muhammad Luqman dalam syarahnya pada kitab Adabul Mufrod memberikan penjelasan bahwa, setiap Muslim dianjurkan berbuat baik kepada binatang. Dan, itu akan mengundang ampunan dan ridha dari Allah Ta’ala.
Ancaman Menyiksa Binatang
Islam tidak semata menganjurkan umatnya menyayangi binatang, tetapi juga memberi ancaman atau tepatnya sanksi yang cukup tegas.
“Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah bersabda, “Seorang wanita diadzab karena seekor kucing yang ia kurung hingga mati kelaparan. Maka dia masuk neraka karenanya. ‘Engkau tidak memberinya makan dan tidak pula engkau beri minum ketika engkau mengurungnya, dan tidak pula engkau membiarkannya agar dia makan binatang-binatang tanah.” (HR. Bukhari).
Artinya, dibolehkan memelihara hewan, bahkan dengan cara mengurung sekalipun, asalkan terjamin makan dan minumnya, berikut kesehatannya. Dan, jika sampai melalaikan kewajiban tersebut, neraka sudah siap menanti sebagai bentuk adzab dari Allah Ta’ala.
Oleh karena itu, jika di rumah ada binatang peliharaan, hendaknya diperlakukan dengan baik, jangan sampai lupa apalagi lalai untuk memberikan kasih sayang.
Sebab Rasulullah bersabda, “Barangsiapa menyayangi meskipun terhadap hewan sembelihan, niscaya Allah akan merahmatinya pada Hari Kiamat.” (HR. Bukhari).
Nah, mungkinkah amalan mulia ini akan diamalkan seorang Muslim tanpa iman yang radikal? Jadi, jangan takut radikal kalau dalam iman, karena itu akan mendorong kita untuk mengamalkan ajaran Islam secara keseluruhan. Satu di antaranya adalah menyayangi hewan. Wallahu a’lam.*