KEGIGIHAN Imam Ahmad bin Hambal dalam menuntut ilmu sudah menjadi rahasia umum.
Di manapun lokasinya, ketika beliau mendengar ada sumber ilmu di daerah tersebut, maka beliau akan bergegas untuk mendatanginya, demi mendapatkan ilmu, meski harus mengorbankan banyak hal, termasuk dirinya sendiri.
Misal, sewaktu Imam Ahmad pergi ke Yaman untuk mencari ilmu, ternyata bekalnya habis, akhirnya diapun menyewakan dirinya kepada tukang onta agar dapat pergi menemui Gubernur Shan’a.
Padahal teman-temannya telah menawarkan binatang tunggangan untuknya, namun dia tidak mau menerima satu pun tawaran dari mereka.
Suatu ketika, Imam Ahmad mendapat informasi bahwa ada seseorang yang tinggal di negeri yang sangat jauh, dan dia meriwayatkan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam.
Mendapat berita itu, tanpa pikir panjang, beliau langsung bergegas menuju alamat yang diterima.
Sesampainya di lokasi yang dituju, beliau langsung memfokuskan diri mencari sosok perawi hadits yang dimaksud. Tak lama berselang, sosok yang dicari-caripun ketemu. Dan saat itu, dia (si perawi) nampak tengah memberi makan seekor anjing.
Imam Ahmad memberi salam kepadanya. Yang diberi salampun menjawab salam dengan sempurna. Meski demikian, sedikitpun ia tak menoleh kepada Imam Ahmad. Ia masih sibuk memberikan makan kepada anjing yang ada di hadapannya.
Setelah selesai memberi makan anjingnya, barulah sang perawi hadits mengalihkan diri kepada Imam Ahmad. Kepada sang Imam, beliau berucap, “Barangkali Anda mempertanyakan kepada diri Anda, mengapa aku mengurus anjing ini?,” tanyanya.
“Iya,” jawab Imam Ahmad singkat.
Mendengar jawaban dari Imam Ahmad, si perawi hadits pun langsung mengurai alasannya dengan menyetir satu hadits.
Ucapnya, “Berkata padaku Abu Ziyad dari A’raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Barangsiapa yang memutuskan harapan orang yang mengharap kepadanya, maka Allah akan memutuskan harapan orang itu pada hari Kiamat dan dia sekali-sekali tidak akan masuk surga,” ucap beliau meriwayatkan sebuah hadits kepada Imam Ahmad bin Hambal.
“Anjing ini”, lanjutnya kemudian, “Telah datang menemuiku, karena itu aku takut memutuskan harapannya kepadaku.”
Mendengar penjelasan yang demikian, Imam Ahmad langsung berkata, “Cukuplah bagiku hadits satu ini,” dan beliaupun langsung kembali pulang.*/Khairul Hibri, anggota Asosiasi Penulis Islam (API). Diambil dari kitab ‘Hayaatu Al-Aimmati, karangan Syaikh Muhammad Al-Jamal