SETIAP zaman, sejak dahulu hingga sekarang, pasti menyimpan kebaikan dan keburukan. Ia juga menjadi saksi bisu adanya orang-orang yang baik dan yang jahat, yang memperbaiki dan merusak.
Suatu zaman disebut zaman baik apabila lebih menonjolkan kebaikan dan kebijakan serta kebenaran yang diperbuat oleh manusia baik-baik pada masa itu, dan orang-orang saleh lebih banyak jumlahnya dan lebih besar peranannya. Sebaliknya, kejahatan, kebatilan, serta orang-orang jahat pada masa itu terkalahkan dan tidak banyak berperan di dalamnya. Jika demikian halnya, ia disebut zaman baik. Sebagai contoh, masa hidup Rasulullah Saw dan Al-Khulafa’ Al-Rasyidin sepeninggal beliau.
Namun, jika pada suatu zaman, kejahatan dan peranan orang-orang jahat lebih menonjol, sedangkan kebaikan jarang terjadi, orang-orang baik pun amat sedikit jumlahnya sehingga mereka tidak dikenal dan tidak menonjol, maka zaman itu dinisbahkan pada kejahatan dan fitnah, lalu disebut zaman buruk atau zaman fitnah dan bala’.
Dari uraian ini jelaslah bahwa setiap zaman dinisbahkan atau dikaitkan dengan keadaan yang lebih menonjol dan lebih banyak jumlahnya. Sebab, tidak ada zaman mana pun yang kosong sama sekali dari kebaikan ataupun kosong sama sekali dari kejahatan, sebagaimana telah disebutkan di atas.
Adapun yang lebih menonjol pada zaman kita ini, seperti juga pada masa-masa lalu yang dekat, ialah keburukan, kerusakan, dan kejahatan. Orang-orang yang hidup pada zaman ini lebih banyak yang bersifat jahat dan buruk kelakuannya, sedangkan kebaikan dan ketulusan jarang dijumpai. Jumlah orang-orang yang baik dan saleh amat sedikit dan mereka itu tidak menonjol, terlupakan, dan terkalahkan.
Hanya kepada Allah kami memohon pertolongan. Dia cukup bagi kita dan Dialah sebaik-baik penolong.*/Dipetik dari tulisan Al-Allamah ‘Abdullah Al-Haddad, seorang ulama yang dilahirkan di pinggiran Tarim, kota Hadramaut, Yaman.