ونريد أن نمنّ على الذين استضعفوا فى الأرض ونجعلهم أئمة ونجعلهم الوارثين. ونمكن لهم فى الأرض
“Kami (Allah) benar-benar akan berikan karunia besar kepada orang-orang yang ditindas di muka bumi ini dan menjadikan mereka para pemimpin dan menjadikan mereka pewaris bumi ini. Dan, Kami akan kokohkan pendirian mereka di muka bumi ini.”(QS. al-Qashahs [28]: 5-6)
***
Mungkin diantara kita sering bertanya: Mengapa umat Islam direndahkan dimana-mana, di hina, ditindas, mengelami pelecehan dan diskriminasi? Apakah agama ini tidak punya harapan untuk bangkit? Kapan kemenangan akan diberikan Allah Subhanahu Wata’ala?
Fenomena ini jika tidak dirasakan dengan kacamata iman pasti akan melahirkan kegundahan, kebingungan dan ujungnya melahirkan frustasi hebat.
Benarkah semua ujian ini pertanda Islam akan kalah dan lenyap? Jawabannya, tidak!
Ternyata Allah Subhanahu Wata’ala telah berjanji yang (insya Allah) membuat mata kita semua terbelalak: umat Islam yang dilemahkan, ditindas, akan diberi karunia besar oleh Allah. Mereka akan menjadi pemimpin di muka bumi sekaligus pewarisnya. Bahkan, pendirian mereka akan semakin kuat di muka bumi Allah.
Namun itu ada syaratnya. Syekh Mustafa Masyhur menyatakan, “Umat yang tengah bangkit ini butuh kepada harapan yang luas membentang. Dan Al-Quran telah kabarkan umat ini tentang rasa ini, dengan menggunakan gaya bahasa indah: keluar dari tengah umat yang mati ini sekelompok orang yang seluruh aliran nadinya adalah kehidipan, obsesi tinggi, harapan, dan keinginan kuat. Cukuplah Allah jadikan putus-asa sebagai jalan menuju kekufuran, dan rasa tak ada harapan sebagai fenomena kesesatan,” (Syeikh Mustafa Masyhur, al-Mustaqbal li al-Islam: Raghma Thul Laili al-Zhulm wa al-Zhalam, editor: Ezzat al-Jazzar (Kairo: Dar Tauzi‛ wa an-Nasyr al-Islamiyyah, 1425 H/2005 M: 11-12).
Menurut Syeikh Mustafa Masyhur, ada beberapa surat dalam Al-Quran, di mana Allah Subhanahu Wata’ala sendiri menjanjikan kemenangan tersebut. Diantaranya adalah firman Allah yang berbunyi;
وَلَا تَهِنُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَنتُمُ ٱلۡأَعۡلَوۡنَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ (١٣٩) إِن يَمۡسَسۡكُمۡ قَرۡحٌ۬ فَقَدۡ مَسَّ ٱلۡقَوۡمَ قَرۡحٌ۬ مِّثۡلُهُ ۥۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيۡنَ ٱلنَّاسِ وَلِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَيَتَّخِذَ مِنكُمۡ شُہَدَآءَۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّـٰلِمِينَ (١٤٠)
“Jangan merasa minder, jangan bersikap lemah dan jangan sedih. Sungguh, derajat kalian sangat tinggi di atas mereka, jika kalian benar-benar beriman. Jika kamu [pada perang Uhud] mendapat luka, maka sesungguhnya kaum [kafir] itupun [pada perang Badar] mendapat luka yang serupa. Dan masa [kejayaan dan kehancuran] itu, Kami pergilirkan di antara manusia [agar mereka mendapat pelajaran]; dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman [dengan orang-orang kafir] dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya [gugur sebagai] syuhada [3]. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imron [3]: 139-140);
Dan firman-Nya;
أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَأۡتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلِكُمۖ مَّسَّتۡہُمُ ٱلۡبَأۡسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُواْ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُ ۥ مَتَىٰ نَصۡرُ ٱللَّهِۗ أَلَآ إِنَّ نَصۡرَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ۬ (٢١٤)
“Apakah kalian mengira dengan mudah masuk Surga padahal belum datang kepada kalian cobaan dan ujian yang menimpa umat-umat sebelaum kalian. Mereka ditimpa kesulitan, kesempatan hidup dan gerak, bahkan keguncangan. Sampai-sampai Rasulullah dan orang-orang yang bersamanya berucap, ‛Kapankan pertolongan Allah akan datang? Allah jawab, ‛Ketahuilah, pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS: al-Baqarah [2]: 214),
Umat yang lemah jika mendengar kabar-gembira dari Allah ini, pasti akan melahirkan generasi kuat secara iman dan ruhiyah.
“Dan Anda akan saksikan harapan ini mendorong umat ini dapat menghadapi segala macam kesulitan, meskipun dahsyat; melawan ragam peristiwa meskipun besar; sampai dapat menggapai kesempurnaan.” (Syeikh Mustafa Masyhur, al-Mustaqbal li al-Islam: Raghma Thul Laili al-Zhulm wa al-Zhalam, editor: Ezzat al-Jazzar (Kairo: Dar Tauzi‛ wa an-Nasyr al-Islamiyyah, 1425 H/2005 M: 11-12).
Umat Islam bisa melihat kisah bersejarah, yang diabadikan Allah dalam QS. 28: 5-6 berkaitan dengan kekejaman dan kepongahan Firaun (QS. 28: 4). Namun kezaliman Firaun tidak lama, karena Allah telah tetapkan bahwa orang zalim tidak akan pernah sukses. Dan dia tidak akan mati, kecuali orang yang dizalimini telah balaskan dendamnya kepadanya. Dan Allah akan perlihatkan babak akhir dari kezalimannya, meskipun sangat mungkin yang dizalimi memaafkan dan menyayangi si zalim. (Syeikh as-Sya‛rawi, Tafsir as-Sya‛rawi, 17/10876).
Allah Subhanahu Wata’ala mengirim seorang bayi langsung ke dalam Istana Firaun, dan kelak ia menjadi musuh besarnya dan membenamkan kesombongannya. Dialah Nabi Allah Musa ‘Alaihissalam (QS. 28: 8). Bahkan, para tukang sihir Firaun jadi kaum beriman kepada risalah Allah yang dibawa Musa dan Harun (QS. 7: 121-122).
Sesungguhnya Allah sudah berjanji akan menolong kaum beriman (QS. ar-Rum [30]: 47, Yunus [10]: 103, 2: 257, al-Anfal [8]: 19, 2: 214). Bahkan, tipu daya kaum kafir pun dibalas oleh tipu-daya Allah (QS. at-Thariq [87]: 15-17, 8: 30, 10: 81-82, 8: 36, 3: 12-13).
Jika pun ada yang murtad dari agama ini, allah merasa tidak rugi, bahkan Allah Subhanahu Wata’ala berjanji akan mencari gantinya dengan kaum yang mereka mencintai Allah dan Allah pun mencintai mereka (QS. 5: 54, Muhammad [47]: 38, 4: 133, Ibrahim [14]: 19-20, Fathir [35]: 16-17) (Syeikh al-Qaradhawi, al-Mubasysyirat bi Intishar al-Islam (Kairo: Maktabah Wahbah, 1417 H/1996 M: 10-24).
Peradaban Masa Depan
Namun agar Islam dan umat ini kembali memimpin dunia harus punya agenda yang dikerjakan. Menurut Dr. Kuntowijoyo ada tiga agenda umat ini, yaitu: (A) perubahan sistem pengetahuan, supaya Islam jadi rahmatan lil ‛alamin, (B) mobilitas sosial, supaya umat Islam selalu menjadi pelopor, dan (C) mobilitas budaya, supaya umat dapat menampilkan Islam sebagai agama masa depan. (Dr. Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid (Bandung: Mizan, 1421 H/2001 M: 137).
Apalagi, Islam ini adalah manhaj Allah yang diberikan untuk manusia (manhaj li al-basyar). Ia telah teralisasi dalam kehidupan nyata manusia, lewat usaha manusia dalam batas-batas kemampuan mereka sebagai manusia; dan dalam batas-batas realita materi dalam kehidupan manusia dalam setiap lingkungannya. Dan karakteristik utamanya adalah: Islam tidak pernah lalai dalam memperhatikan fitrah manusia dan realitas kehidupannya yang materi ini. (Sayyid Quthb, Hadza ad-Din (Kairo: Dar as-Syuruq, 1989: 6).
Bahkan dengan sangat meyakinkan, berdasarkan nash Al-Quran dan sunnah juga realita sejarah, Islam merupakan peradaban masa depan. Al-Islam Hadharat al-Ghad, kata Syekh Yusuf al-Qaradhawi (Syekh al-Qaradhawi, al-Islam Hadharat al-Ghad (Kairo: Maktabah Wahbah, 1416 H/1995 M).*/Qosim Nursheha Dzulhadi