SESUNGGUHNYA, kuatnya godaan menunjukkan kepada kuatnya perlawanannya. Orang yang kuat, bisa jadi menjadi pemimpin kebaikan ataupun pemimpin kejelekan.
Sesungguhnya, jiwa yang kuat jika baik, ia akan menjadi pemimpin di dalam kebaikan. Namun, jika jelek, ia akan menjadi pemimpin kejelekan. Jika ia menjadi pemimpin kejelekan, setan akan bersungguh-sungguh untuk menggodanya agar tidak tetap di dalam kebaikan sehingga terealisirlah kekuatan yang menyatukan antara Anda dan setan.
Sesuai dengan kadar perlawanan, dan kesabarannya atas godaan setan yang melahirkan keyakinan, dan keteguhan, serta tekad yang mesti mendatangkan bertambahnya kelapangan dan ketenteramannya, maka hal itu menunjukkan atas kesungguhan setan untuk menggoda Anda.
Ini merupakan bukti dari kuatnya iman seseorang. Oleh karena itulah, hati Anda pun menjadi bimbang. Kalau di dalam hatinya tidak ada keimanan, niscaya seketika itu juga dia akan kembali kepada kemaksiatannya. Oleh karena itu, selayaknya Anda ketahui bahwa keteguhan dan tekad Anda akan mendatangkan kelapangan dan ketenteraman setelah kemenangan.
Tatkala nilai yang dituju semakin besar maka semakin banyak pula halangan-halangan. Ini merupakan sunnatullah yang berlaku terhadap makhluk. Lihatlah kepada surga dan keagungannya. Lihatlah kepada penghalang-penghalang yang menghalangi untuk sampai kepadanya, sedangkan Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam sendiri telah bersabda:
“Surga dipenuhi dengan hal-hal yang tidak disenangi.” (HR Muslim 2723, At Tirmidzi 2559)
Sampai-sampai hal itu menyebabkan bahwa yang akan masuk surga dari seribu orang hanya satu orang saja. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam hadits qudsi:
“Wahai Adam, keluarkanlah utusan neraka!” Maka Adam menjawab, ‘Apa utusan neraka itu wahai Rabb-ku?” Allah berfirman, “Setiap dari seribu orang, sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang masuk neraka, dan hanya satu orang masuk surga.”
Mengapa hal itu bisa terjadi?
Karena surga telah dipenuhi dengan penghalang-penghalang, dan pemotong-pemotong. Lihatlah kecintaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan mengkonsentrasikan diri kepadanya, serta merasa nikmat dengannya. Lihatlah cinta kepada-Nya dan menjadikan-Nya sebagai Wakil dan Pencukup, apakah seorang hamba akan mencari yang lebih baik dari ini? Lihatlah kepada penghalang-penghalang yang menghalanginya.
Apakah jalan-jalan cinta kepada Allah terbentang dengan mudah? Ini tidak akan mungkin. Sesungguhnya, jalan-jalan ini membutuhkan tekad dan kesungguhan yang besar.
Oleh karena itu, hendaknya Anda memperhatikan persoalan ini. Perhatikanlah pada kebimbangan yang terjadi setelah taubat.
Ketika taubat menjadi perkara yang paling agung dan besar, dijadikanlah untuknya berbagai penghalang dan ujian untuk memisahkan antara siapa yang jujur dan siapa yang bohong. Lalu, terjadilah fitnah dan berbagai ujian, dan terpisahlah mana yang benar dan mana yang tidak. Allah berfirman:
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mummin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Oleh karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.” (Ali Imran: 179)
Bersabarlah sebentar terhadap kebimbangan itu akan mengantarkan Anda kepada taman ketenteraman dan surga kesucian. Ibnul Qayyim berkata, “Akan tetapi, jika seorang hamba bisa bersabar sebentar atas kebimbangan ini, niscaya dia akan diantarkan menuju taman ketenteraman, dan surga kelapangan. Namun, jika dia tidak bisa bersabar, akibatnya, “…berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (Al-Hajj: 11)
Oleh karena itu, bersabarlah atas kebimbangan itu. Berharaplah kepada pertolongan Allah setelah kebimbangan tersebut, dan hal itu adalah suatu kepastian. Kebimbangan itu juga merupakan salah satu tanda sehatnya hati. Maka dari itu, tenteramkanlah hati Anda, bebaskanlah, bebaskanlah.*/Muhammad Husain Ya’qub, dari bukunya Jalan Menuju Taubat.