Hidayatullah.com- Pagi jelang siang itu, seorang santri bernama Ismail Bachtiar tak mampu lagi menyembunyikan kebahagiaannya. Senyum lebar sesekali mengembang dari bibirnya saat ia berdiri di atas panggung utama bersama dengan dua pemenang lainnya.
Bertempat di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, pada Kamis (31/12/2015) lalu, Ismail, demikian sapaan akrabnya, memperoleh penghargaan dari PT. Bank Syariah Mandiri (BSM). Ia terpilih sebagai pemenang utama kategori industri perdagangan dan jasa. Sementara itu, untuk dua nomine lainnya sebagai pemenang kategori usaha boga dan usaha kreatif.
Usahanya yang bernama ‘Rektor Institute’ atau RI serta bergerak di bidang pendidikan mampu mengantarkannya sebagai juara dalam ajang “BSM Santripreneur Award 2015”.
“BSM Santripreneur Award 2015” ini merupakan sebuah ajang bersejarah yang pertama kali diselenggarakan oleh PT. BSM bekerjasama dengan Rumah Enterpreneur Indonesia (REI). Adalah pemberian penghargaan entrepreneur kepada para santri yang memiliki prestasi, menjadi pelopor maupun teladan serta memiliki karya inovasi yang unggul dalam upaya untuk mengembangkan perekonomian Indonesia.
“Alhamdulillah, saya bersyukur sekali hari ini, atas penghargaan yang diberikan oleh PT. BSM dan Rumah Enterpreneur Indonesia. Saya dari Makassar tetapi pada dasarnya saya bukan asli dari Makassar. Saya dari Kabupaten Bone sekitar 200 kilometer dari pusat Kota Makassar,” jelas pria kelahiran Bone, Makassar di hadapan Dewan Juri, Petinggi PT. BSM dan jajarannya serta tamu undangan.
Santri alumnus Pondok Pesantren Ma’had Hadist, Biru, Bone Makassar ini mengaku tidak memiliki background bisnis sama sekali. Demikian dengan keluarganya, tak satupun juga yang memiliki background bisnis. Ayahnya hanyalah seorang pensiunan Satpam di salah satu perusahaan di Bone, Makassar.
“Waktu itu saya ke Makassar tujuannya bukan untuk kuliah tetapi mencari kerjaan. Namun pada suatu kesempatan ada beasiswa bidik misi dan dari situlah saya jadikan modal usaha untuk mengajar privat keliling dari satu rumah ke rumah sampai akhir 2012. Dan awal 2013 saya bersama beberapa teman membentuk sebuah komunitas sosial mengajar. Alhamdulillah, dari situ berkembang menjadi bisnis. 2014 sampai saat ini, di Makassar sudah ada 3 kantor cabang dengan jumlah karyawan 42 orang dan siswa sekitar 1500 orang,” papar Ismail disambut riuh tepuk tangan tamu undangan.
Omset di atas 1 miliyar
Usai acara penganugerahaan, kepada sejumlah wartawan, Owner RI ini mengaku mengikuti ajang ‘BSM Santripreneur Award 2015’ tujuannya ingin membuka networking, jaringan yang lebih luas sehingga diharapkan mampu lebih membesarkan bisnisnya. Untuk keluh kesah dalam merintis bisnis ini, awalnya agak sulit untuk meyakinkan orang tetapi dengan modal nekat dan kepercayaan diri semuanya bisa ia lewati dengan mudah.
“Untuk kendalanya sampai sekarang, karena saya masih berstatus sebagai mahasiswa yaitu membagi waktu untuk berbisnis. Tetapi, sejauh ini saya dibantu dengan beberapa manajemen. Saya punya top manajemen khusus, di mana tugasnya menghandle pekerjaan di saat saya tidak bisa standby di Makassar atau saat saya menjalankan aktifitas perkuliahan di UGM Jogja,” jelas Ismail.
Dikatakan Ismail, RI sendiri awalnya hanya sebuah agensi pengajar tutor privat yang sampai hari ini telah mengakreditasikan diri sebagai yayasan lembaga pendidikan informal dan berbasis di Makassar.
“Awalnya saya mengajar sendiri yang kemudian dibantu oleh teman-teman kampus. Omsetnya sendiri sampai tahun 2015 sejak awal Januari sampai Desember, Alhamdulillah, sudah di atas angka 1 miliyar, dengan rata-rata pendapatan keuntungan hingga 400-500an juta,” ujar Ismail.
Untuk jangka panjang, Ismail mengatakan targetnya ingin menjadikan RI sebagai lembaga pendidikan formal di Makasar dengan bentuk universitas. Sementara itu, untuk target jangka pendek, RI ingin memiliki beberapa cabang di mana pada 2016 targetnya sudah memiliki 12 cabang yang tersebar di berbagai kota di seluruh Indonesia.
Untuk mencapai itu semua, Ismail mengatakan bahwa sejak Oktober 2015, SOP lembaga menetapkan RI sebagai perusahaan dengan sistem syariah meskipun tidak menutup kemungkinan menerima siswa dari non-muslim, karena RI dinilai sebagai ladang dakwah. Sistem berbasis syariah tersebut dalam internal perusahaan untuk tim manajemen seperti wajib menutup aurat, sholat lima waktu, sholat dhuha dan juga sholat tahajud.
“Bahkan terobosan baru kami 2015 ini adalah undian umrah. Per tanggal 23 Oktober kemarin kami memberangkatkan 2 orang dari tim manajemen umrah gratis,” ungkapnya.
Dari segi permodalan, santri berusia 23 tahun yang masih membujang ini menyebutkan, saat awal membuka usaha pada 2012, modalnya hanya Rp 500 ribu. Dan sampai sekarang ia belum pernah pinjam tambahan modal dari bank. Sebab, ia lebih memilih mengajak orang agar menjadi investor daripada mengambil kredit dari bank.
Kendati demikian ia tak melarang setiap pengusaha untuk berani menjadi kreditur bank, karena hal tersebut menurutnya akan mendorong disiplin keuangan dan menambah nilai kepercayaan masyarakat.
Ingin lahirkan rektor
Santri dari Dr. Muhammad Yunus di Watampone, Sulawesi Selatan ini berhak mendapatkan hadiah dari BSM berupa uang sebesar 50 juta rupiah serta piagam dari Menteri Koperasi dan UKM RI.
Ismail berhasil mendapat nilai terbanyak dari dewan juri yang terdiri dari Dr. Marsudi Syuhud (PBNU), Prof. Dr. Ahmad Mubarok (Ketua Dewan Konsorsium Pesantren Indonesia), H Sweet Luvianto (Indonesia Islamic Business Forum), Agus Dwi Handaya (Direktur BSM), Ahmad Sugeng Utomo (Rumah Entrepreneur Indonesia), dan Noor Wahyudi (Konsultan Bisnis).
Ia mendapat nilai teringgi dari tiga nomine terbaik dengan skor 282, mengalahkan santri asal Bandung Irvan Kamil (pengusaha software Velo Technologi dengan skor 236), dan santri asal Tegal Muhammad Ilham, (pengusaha pembuat minyak wangi dengan skor 228).
Penjurian tersebut adalah tahap akhir yang dilaksanakan di Hotel Acacia Jakarta pada Rabu (30/12/2015). Ismail dan dua pemenang lainnya telah melewati tahapan tiga kali pejurian. Sebelum penjurian akhir tersebut, ia telah menyisihkan 442 pendaftar dalam kategori industri, perdagangan dan jasa. Ia lolos tahap 20 besar, kemudian juri melakukan verifikasi lapangan untuk mengetahui kebenaran faktanya di lokasi usahanya. Setelah valid, baru dipilih menjadi nomine 3 besar sebagai juara.
Ismail yang baru tamatan Strata 1 ini, berhasil membuat sebuah lembaga pendidikan informal pertama di kawasan Timur Indonesia yang berbasis syariah. Nama lembaga pendidikannya sangat unik, yaitu Rektor Institute (RI).
Para peserta didiknya ada yang dari tamatan SLTA dan sarjana. Ada kelas khusus Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, Wirausaha dan lainnya sesuai dengan yang dikehendaki peserta belajar. Para pengajarnya pun berasal dari berbagai latar belakang sesuai keahlian yang dibutuhkan.
“Saya membuka RI ini karena melihat belum ada lembaga pendidikan informal bercirikan Islam yang menonjol di luar pulau Jawa,” ujar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Universitas Hasanuddin Makassar ini.
Dipilih nama ‘Rektor Institute’ ini, kata mahasiswa S2 jurusan Manajemen Pemasaran UGM Yogyakarta ini, karena mencita-citakan para alumninya kelak menjadi rektor di mana-mana. Setidaknya menjadi rektor dengan mendirikan lembaga pendidikan informal seperti dirinya.*