Hidayatullah.com-Pemerintah Saudi telah menahan tiga pangeran termasuk saudara laki-laki Raja Salman dan keponakannya dengan tuduhan merencanakan kudeta. Peristiwa ini menandakan konsolidasi kekuasaan lebih besar oleh penguasa de facto kerajaan itu, kutip media AS melaporkan pada Jumat (06/03/2020).
Penahanan tersebut menjatuhkan sisa-sisa terakhir dari potensi oposisi terhadap Putra Mahkota Mohammad bin Salman (MBS). Hal ini terjadi ketika kerajaan membatasi akses ke situs-situs paling suci Islam dalam langkah yang sangat sensitif untuk menahan penyebaran virus corona lapor Al Araby.
Pangeran Ahmad bin Abdulaziz al-Saud, saudara laki-laki Raja Salman, dan keponakan Raja, Pangeran Mohammad bin Naif (Nayef) dituduh melakukan pengkhianatan. Nayef dijemput dari rumah mereka pada Jumat pagi oleh pengawal kerajaan, kutip Wall Street Journal.
Pengadilan kerajaan Saudi menuduh kedua lelaki itu, yang pernah menjadi calon terkuat penantang takhta, “merencanakan kudeta untuk menggulingkan raja dan putra mahkota”. Ia dapat menghadapi hukuman penjara seumur hidup atau eksekusi, kata surat kabar tersebut.
New York Times juga melaporkan penahanan itu, menambahkan bahwa adik Pangeran Nayef, Pangeran Nawaf bin Nayef, juga telah ditahan. Sekelompok pria bertopeng dengan pakaian hitam mendatangi rumah para anggota kerajaan itu dan menggeledahnya, Wall Street Journal melaporkan. Pemerintah Saudi belum mengomentari laporan tersebut.
Penahanan itu menandai tindakan keras terbaru MBS, yang telah memperkuat cengkramannya pada kekuasaan dengan menahan ulama-ulama terkemuka dan aktivis serta pangeran dan elit bisnis.
MBS juga menghadapi banyak kecaman internasional atas pembunuhan penulis Jamal Khashoggi yang kritis terhadap pemerintahan di dalam konsulat Saudi di Istanbul pada Oktober 2018.
Sudah dipandang sebagai penguasa de facto yang mengendalikan semua tuas utama pemerintahan, dari pertahanan hingga ekonomi, sang pangeran secara luas telah diperkirakan akan menghilangkan semua jejak perbedaan internal sebelum pemindahan kekuasaan resmi dari ayahnya Raja Salman yang berumur 84 tahun.
“Pangeran Mohammad berani – dia telah menyingkirkan semua ancaman terhadap kenaikannya dan menahan atau membunuh kritik terhadap rezimnya tanpa dampak apapun,” Becca Wasser, seorang analis kebijakan di RAND Corporation, mengomentari perkembangan terbaru ini.
“Ini adalah langkah lebih lanjut untuk menopang kekuatannya dan sebuah pesan kepada semua orang – termasuk anggota kerajaan – untuk tidak melewatinya.”
Menyingkirkan pesaing
Pangeran Ahmad, dikatakan berusia 70an, telah kembali ke kerajaan dari tempatnya di London setelah skandal Khashoggi, sebagai bentuk upaya mendukung kerajaan menurut beberapa pihak.
Persis sebelum kembalinya dia pada Oktober 2018, sang pangeran telah menimbulkan kontroversi atas pernyataan yang dia buat kepada para demonstran di London yang meneriaki bangsawan Saudi itu karena keterlibatan kerajaan dalam konflik di Yaman.
“Apa hubungan keluarga kerajaan dengan itu? Orang-orang tertentu yang bertanggungjawab… raja dan putra mahkota,” katanya, berdasarkan video insiden yang beredar luas.
Komentar tersebut dilihat oleh banyak orang sebagai kritik langka terhadap kepemimpinan kerajaan dan perannya di Yaman, namun Pangeran Ahmad menolak interpretasi itu dan menyebutnya “tidak akurat”.
Pangeran MBS telah menyingkirkan Pangeran Nayef, mantan putra mahkota dan menteri dalam negeri, pada 2017 untuk menjadi pewaris tahkta paling kuat di dunia Arab. Pada saat itu, saluran televisi Saudi memperlihatkan MBS mencium tangan pangeran yang lebih tua darinya itu dan berlutut di hadapannya untuk menunjukkan rasa hormat.
Laporan-laporan media Barat kemudian mengatakan bahwa pangeran yang digulingkan itu telah ditempatkan di tahanan rumah, klaim yang dengan keras dibantah pemerintah Saudi. Penahanan itu terjadi pada saat yang sensitif ketika Arab Saudi melarang jamaah Muslim dari situs paling suci Islam untuk mengantisipasi penyebaran virus corona baru.
Kerajaan telah menunda umroh sepanjang tahun karena kekhawatiran penyakit menyebar ke Mekah dan Madinah, meningkatkan ketidakpastian atas ibadah Haji yang akan datang – pilar utama Islam. Kerajaan kaya minyak juga bergulat dengan harga minyak mentah yang jatuh, sumber pendapatan utamanya.*