Hidayatullah.com—Untuk pertama kali dalam sejarah, Time Square di New York City AS dipergunakan sebagai tempat perhelatan shalat Tarawih oleh minoritas Muslim, ditengah merebaknya virus Islamophobia. Dalam peristiwa yang jarang terjadi, ratusan Muslim berkumpul dan shalat Tarawih menandai dimulainya bulan suci Ramadhan.
Penyelenggara acara mengatakan kepada media lokal bahwa Muslim yang tinggal di Amerika Serikat ingin merayakan Ramadhan di tempat simbolis di jantung Kota New York ini untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa Islam adalah agama yang damai. Penyelenggara mengatakan hal ini karena selama ini ada kesalahpahaman tentang Islam.
“Kami ingin menjelaskan agama kami kepada semua orang yang tidak tahu tentang apa… Islam adalah agama damai,” kata panitia dikutip Middle East Eye (MEE).
Penyelenggara acara –yang meminta disapa sebagai SQ– mengatakan kepada Middle East Eye bahwa ia berharap tontonan shalat berjamaah bias membantu non-Muslim belajar tentang Islam. Muslimin dan muslimat berkumpul di di situs terkenal dunia itu, membagikan 1.500 makanan kepada mereka yang menghadiri acara dari seluruh AS untuk menandai awal Ramadhan.
Pro dan Kontra
Sholat Tarawih diselenggarakan oleh ProjectZamZam. Namun, beberapa Muslim New York menyuarakan keprihatinan atas acara yang diadakan di lokasi yang ramai, mengklaim bahwa tidak pantas untuk melakukan shalat di hadapan papan reklame raksasa yang sering menampilkan model berpakaian minim.
“Tarawih seharusnya menjadi bentuk ibadah yang intim. Saya tidak mengerti mengapa ini harus dilakukan di Times Square. Pernahkah Anda melihat papan reklame?,” ujar Sabrina Jamil, warga Queens, kepada MEE.
Sikap pro-kontra tidak hanya datang dari Amerika. Bahkan sampai pula ke Indonesia.
“Gini kok gak pengen dihujat? Udah dikasi masjid yang bagus, malah ganggu orang. Ntar kalo disentil, maen penggal,” ujar seorang buzzer politik Denny siregar melalui akun @Dennysiregar7.
“Bagi yang nyinyir orang ngaji di Malioboro atau public transportation, mungkin tambah “nasteung” lihat tarawih di Times Square, “ ujar nusasari di akun @cassierrabren.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Shalat Tarawih di Time Square New York dianggap kejadian langka kerena muslim sebagai minoritas. Lain lagi kalau di negara mayoritas Muslim, aksi baca Al-Qur’an disepanjang Jalan Malioboro dikatain norak, HTI, Khilafaah, dll, “ sindir @Miss_warawiri.
Sementara itu, Imam Syamsi Ali, seorang warga Indonesia yang jadi imam di New York mengatakan, tradisi sholat tarawih di Time Square ada tradisi biasa tiap tahunan. Bukan karena kekuarangan masjid, sebagaimana dibicangkan netizen.
“Teman2, kegiatan sholat tarawih semalam di Time Square itu hal biasa dlakukan di NY. Itu bagian dari religious freedom. Bkn karena kurang masjid. Ada 300-an masjid di kota NY. Tapi itu murni mengekspresikan eksistensi, sekaligus izzah (tdk malu/takut) sebagai Muslim di kota ini,” pria asal Makassar ini melalui akun @ShamsiAli2.
“Ada dua foto yang saya posting di sini. Satu, acara tarawih semalam. Kebetulan saya tdk ikut karena kesibukan juga di masjid. Satu lagj Parade Islam yang Kebetulan saya yang pimpin sebelum Pandemi. Jadi ini biasa. Polisi membantu menutup jalan dan menjaga keamanan,” tambahnya.*