HARI Raya Idul Fitri dirayakan ‘penuh kemenangan’ oleh Ahmad Farhan Ibnu Mujahid. Betapa tidak, remaja asal Pontianak, Kalimantan Barat, ini berhasil menjadi alumnus Ramadhan 1440H dengan kebahagiaan yang sangat berkesan.
Kebahagiaan mengesankan itu bukan karena mendapatkan tunjangan hari raya (THR) yang melimpah ruah, atau diberi tiket pesawat gratis yang harganya sedang melambung tinggi dalam suasana mudik saat ini. Bukan itu. Lalu apa?
Kebahagiaan itu karena Al-Qur’an.
Farhan, demikian biasa disapa, baru memasuki usia 19 tahun per April 2019. Namun, ia telah menghafal Al-Qur’an 30 juz. Hebatnya pula, pada Ramadhan 1440H yang baru saja berlalu, lajang kelahiran tahun 2000 ini khatam Al-Qur’an berkali-kali.
“In syaa Allah kurang lebih 5 kali,” tuturnya di kawasan Cipinang Cempedak, Jatinegara, Jakarta Timur, dalam obrolan ringan dengan hidayatullah.com di hari terakhir bulan suci, Selasa (04/06/2019).
Pada Ramadhan sebelumnya, ia memang cukup rutin khatam membaca Al-Qur’an lebih dari satu kali. Namun, pada tahun ini, ia bisa khatam lima kali juga karena terbantu dengan kegiatan spesial. Apa itu?
Imam shalat.
Ya, pada Ramadhan kemarin, anak muda milenial ini didaulat menjadi imam shalat di Masjid Baitul Karim, Jl Cipinang Cempedak 1. Di masjid yang baru dibangun menggantikan bangunan lama tersebut, Farhan berduet dengan rekannya sesama hafizh, Abdul Qahhar, sebagai imam shalat. Baik shalat fardhu maupun shalat sunnah, seperti tarawih dan tahajud.
Masjid tersebut terletak di kompleks gedung Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah. Jamaahnya pun beragam, mulai dari karyawan di perkantoran sekitar, hingga warga setempat. Mulai dari anak-anak, kaum Muslimah, hingga para lansia, termasuk dosen asal Arab Saudi yang bekerja di Jakarta.
Itulah salah satu kesan mendalam yang didapatinya selama menjalani ibadah Ramadhan 1440H. Farhan terkesan, karena meski masih muda, tapi sudah diberi kepercayaan mengimami ratusan jamaah mulai dari para orangtua, aktivis, hingga kalangan terdidik termasuk Ketua Umum DPP Hidayatullah sekalipun. Farhan memang dipanggil khusus oleh pengurus DPP untuk mengimami shalat di masjid ini.
Ia juga merasa terkesan bisa bertemu dan berinteraksi dengan para jamaah yang sangat tinggi antusiasnya menjalani Ramadhan. Pengamatan hidayatullah.com setiap diimami olehnya, suara merdu Farhan yang memiliki khas tersendiri seakan menghipnotis jamaah untuk larut dalam bacaan Al-Qur’an-nya.
Motivasi dari Orang-orang Tua
Pada tahun ini pun, Ramadhan di Masjid Baitul Karim, selain karena bangunannya yang baru, juga karena kehadiran dua imam muda tersebut, membuat suasana bulan puasa semakin semarak dan sakral dibanding Ramadhan sebelumnya. Jamaah yang ditemui media ini mengakui hal tersebut.
“Saya tambah betah di (masjid) sini,” ujar Ibnu Chalik salah seorang karyawan swasta saat ditemui di masjid tersebut, Ramadhan lalu.
Sambutan jamaah atas kehadiran dua imam muda itu pun, turut membuat Ramadhan tahun ini dirasakan Farhan paling istimewa sepanjang hidupnya. Asbab lainnya, ia bisa mengkhatamkan Al-Qur’an dalam shalat malam (tahajud).
“Alhamdulillah dengan rahmat Allah, di tahun ini merupakan Ramadhan paling berbeda karena ana (saya) bisa mengkhatamkan Al-Qur’an di qiyamulail dan merasa lebih maksimal ibadah Ramadhan tahun ini,” ungkap hafizh alumnus Islamic Center Wadi Mubarak, Bogor, Jawa Barat ini.
Lalu bagaimana caranya sehingga bisa khatam Al-Qur’an lima kali selama 30 hari?
“Minimal setiap hari (baca) 4 juz sampai 6 juz,” tutur jebolan SMP Ma’had Tahfidz Darul Hijrah Surabaya, Jawa Timur ini.
Walau demikian, pria yang dulu mengenyam pendidikan TKIT Ya Bunayya Pontianak dan beberapa waktu lalu meraih peringkat tujuh Lomba Nasional 30 Juz Al-Qur’an di UIN Syarif Jakarta ini merasa masih belum begitu puas dalam menjalani Ramadhan.
“Masih ngerasa kurang maksimal juga,” akunya merendah.
Namun begitu, ia pun banyak belajar dari semangat para orangtua yang istiqamah shalat jamaah di masjid, bahkan ada pria yang memiliki kekurangan fisik dan harus memakai kursi roda, tetap semangat ke Masjid Baitul Karim.
“Sehingga anak-anak muda seperti ana ini termotivasi dari orang-orang tua,” ungkapnya.
Pada penghujung Ramadhan lalu, di masjid tersebut digelar kegiatan iktikaf yang diikuti puluhan peserta, mulai orangtua hingga anak-anak. Farhan turut terkesan dengan semakin hidupnya suasana ibadah pada 10 hari terakhir Ramadhan.
“Di akhir Ramadhan lah yang harus dikencangkan ibadahnya karena itu puncaknya,” santri yang pernah beribadah umrah dan sudah empat kali menjadi imam shalat Ramadhan ini mengingatkan ihwal keutamaan hari-hari akhir bulan penuh ampunan tersebut.*