Hidayatullah.com–Meski tidak ada masjid resmi, pengikut Islam Kuba berusaha rayakan bulan suci dan beribadah.
Mereka bisa berbicara sedikit bahasa Arab dan tidak mempunyai masjid yang sesungguhnya, tetapi komunitas kecil Muslim di Kuba melaksanakan keyakinan mereka dan akan menyambut akhir Ramadhan sebaik yang mereka bisa.
Di wilayah kota tua Havana, bisa terlihat sebuah menara berwarna hijau dan putih di atas sebuah bangunan kolonial lama. Di situlah masyarakat Muslim Kuba berkumpul untuk sholat beberapa tahun terakhir.
Di dalamnya, tembok aula tempat ibadah itu didekorasi dengan kaligrafi Arab dan sebuah bendera Palestina. Beberapa kopi Al-Quran yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol tertata rapi.
“Assalamualaikum,” kata seorang pria dengan tersenyum bernama Javier ketika dia menyambut pengunjung pada sebuah sore di musim panas.
Dia terlahir di sebuah keluarga Katolik tetapi dia masuk Islam dua tahun yang lalu.
“Isi dari Injil tampak tidak sempurna bagiku, jadi Saya pindah agama,” kata Javier mengenai keputusannya, sebuah keputusan yang tidak biasa bagi warga negara di mana 70 persen dari populasinya beragama Kristen dan Afro-Kuba.
Sebanyak 10.000 Muslim tinggal di Kuba, sekitar kurang dari 0,1 persen populasi negara kepulauan itu.
Menurut para ahli, Islam masuk ke Kuba melalui pelajar Muslim yang datang dari negara seperti Pakistan pada 1970an dan 1980an.
“Para wisatawan terkadang datang melewati jalan ini dan mereka terkejut ketika mereka menyadari mereka sedang melihat sebuah masjid,” kata Ahmed Aguelo, yang masuk Islam 17 tahun lalu dan menjalankan aula tempat shalat di mana sekitar 200 jamaah berkumpul untuk melakukan shalat Jumat.
“Saya secara resmi bukanlah seorang imam, karena tidak adanya kursus pelatihan di sini,” kata dia. “Tetapi saya tahu dasarnya.”
Beberapa ratus meter jauhnya, sebuah tanda yang mengiklankan kontruksi tanah seluas dua hektar yang akan dibangun masjid di atasnya. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menjanjikan hal itu pada Kuba Februari 2015 lalu.
Tetapi pembangunan tersebut belum dimulai. Pada Juni 2015, pemerintah Kuba memberikan izin untuk peresmian aula ibadah di jantung Havana Lama dan menyebutnya sebagai “Masjid pertama Kuba.”
“Kami menulis ‘masjid’ di pintu masuk karena bangunan itu memang bekerja sebagai masjid,” kata RIgoberto Menendez, direktur Arab House, yang berada dibalik proyek tersebut.
“Masjid yang sesungguhnya akan memiliki lebih banyak ruang” tetapi “hal yang utama ialah sebagai tempat berkumpulnya Muslim”.
Muslim Kuba selama 25 tahun telah menuntut adanya tempat untuk mereka menjalankan ibadah.
“Kita akan menemui banyak apartemen di sekitar kota,” kata Pedro Lazo Torres, yang masuk Islam pada 1988 dan dianggap sebagai Muslim pertama Kuba. “Saya dapat menjalankan agama saya dengan sangat bebas di Kuba.”*/Nashirul Haq AR