Sambungan artikel PERTAMA
Oleh: Abdullah al-Mustofa
Di dalam hadits lain yang juga diriwayatkan Bukhari, Usaid bin Hudhair mengatakan kepada ‘Aisyah – radhiyallahu ‘anha -:
“Semoga Allah membalasmu dengan segala kebaikan. Sungguh demi Allah, tidaklah terjadi suatu peristiwa menimpa anda yang anda tidak sukai kecuali Allah menjadikannya untuk anda dan Kaum Muslimin sebagai kebaikan.”
Sedangkan di hadits lain yang diriwayatkan Muslim disebutkan dia mengatakan:
“Semoga Allah memberikan pahala kepadamu. Demi Allah, tidaklah suatu perkara turun padamu melainkan Allah menjadikan jalan keluar untukmu, dan menjadikan keberkahan bagi kaum mukminin di dalamnya.”
Ath-Thobari dalam kitab tafsirnya mengutip sebuah hadits dengan jalur riwayat lain. Di dalamnya disebutkan bahwa setelah turunnya ayat tayammum orang-orang menyebut ‘Aisyah – radhiyallahu ‘anha – sebagai wanita yang paling besar barokahnya dengan mengatakan:
“Kami tidak menemukan wanita yang paling besar barokahnya selain dia.”
Benar adanya ucapan-ucapan itu, ‘Aisyah – radhiyallahu ‘anha – yang merupakan anggota keluarga Abu Bakar – radhiyallahu ‘anhu – benar-benar memiliki dan membawa keberkahan dan kebaikan bagi umat Islam. Umat Islam sejak peristiwa itu hingga di zaman paling akhir kelak ikut merasakan keberkahan dari ‘Aisyah – radhiyallahu ‘anha – sehingga merasakan rohmah Allah – Subhanallahu wa ta’ala –. Kaum Muslimin sepanjang masa tidak perlu merasakan kesulitan dan keberatan harus berwudhu ketika tidak memungkinkan menggunakan air seperti ketika tidak terdapat air.
Lihatlah! betapa Allah – Subhanallahu wa ta’ala – telah menjadikan di dalam sebagian barokah Ummul Mukminin ‘Aisyah – radhiyallahu ‘anha – terdapat rohmah bagi kita umat Islam sejak zaman itu hingga Yaumul Qiyamah. Dengan demikian berarti Allah – Subhanallahu wa ta’ala –telah memberikan nikmat dan anugerah yang luar biasa kepada kita berupa kemudahan dan keringanan itu.
Lihatlah! Allah – Subhanallahu wa ta’ala – telah menghubungkan dengan erat antara penyebutan ‘Aisyah – radhiyallahu ‘anha – dengan ibadah yang luar biasa tersebut. Selama ibadah tayammum disebut-sebut dan dibahas di dalam berbagai cabang ilmu agama, media dan kesempatan, maka disebutlah pula Ummul Mukminin – radhiyallahu ‘anha – beserta barokahnya.
Lihatlah! Allah – Subhanallahu wa ta’ala – telah menyebutkan diri dan kisah ‘Aisyah di dalam Al-Qur’an, yang mana kita membaca, mendengarkan, mentadabburi dan mempelajarinya merupakan ibadah yang mendatangkan pahala dan kemuliaan di dunia dan akhirat.
Peristiwa sebab turunnya ayat itu adalah salah satu bukti ridho dan cinta Allah – Subhanallahu wa ta’ala – kepada ibunda kita kaum Mukminin, ‘Aisyah – radhiyallahu ‘anha -. Allah – Subhanallahu wa ta’ala – memilih beliau dan peristiwa yang beliau alami tersebut sebagai asbab turunnya ayat itu, yang berarti juga menjadi asbab turun dan berlakunya Rohman Rohim Allah – Subhanallahu wa ta’ala – berupa rukhsoh tidak wajibnya berwudhu bagi kaum Muslimin di saat-saat yang tidak memungkinkan.
Bukti Lain Cinta dan Ridho Allah Kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha
Peristiwa terjatuhnya kalung tersebut di atas adalah untuk kedua kalinya. Yang pertama kalinya terjadi pada perjalanan pulang dari perang Banu Mustalaq yang terjadi pada tahun ke-5 Hijriyah, di mana peristiwa terjatuhnya kalungnya yang pertama itu – sesuai dengan Hadits tentang Al-Ifk yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim – membuatnya tertinggal oleh rombongan dan selanjutnya menimbulkan terjadinyaحادثة الإفك Haaditsah Al-Ifk (peristiwa kedustaan) di mana tersebar حديث الإفك Hadiits Al-Ifk (berita dusta).
Berkat peristiwa Al-Ifk itu, Allah – Subhnallahu wa ta’ala – menunjukkan satu bukti lain cinta dan ridho-Nya kepada beliau dengan diturunkannya ayat khusus. Ayat tersebut adalah ayat ke 11 dari surah An-Nuur (ayat khusus itu diiringi sembilan ayat berikutnya yang juga berkaitan dengan ‘Aisyah). Ayat – pembersihan diri ibunda kaum Mukminin yang kita cintai dari tuduhan berbuat keji – tersebut berisi pembebasannya demi menjaga kehormatan Rasul-Nya.
Berkat ayat itu hilanglah kesusahan Kekasih-Nya – Shallallahu ‘alayhi wa sallam – , serta keceriaan dan senyum kembali menghiasi wajah beliau – Shallallahu ‘alayhi wa sallam -. Lebih dari itu, berkat ayat itu mencair dan hangat kembali hubungan kedua hamba-Nya yang dicintai-Nya itu, serta berpadulah kembali cinta, kasih dan sayang mereka berdua setelah sekitar sebulan pisah ranjang.
Obat dari langit itu adalah wujud perhatian khusus Allah – Subhanallahu wa ta’ala – kepada ‘Aisyah – radhiyallahu ‘anha -. Penggalan kalimat dari ayat itu yang berbunyi:
“لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ
“Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu.”
Membuktikan hal itu Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyebutkan bahwa berita bohong itu baik bagimu, wahai keluarga Abu Bakar, baik di dunia maupun akhirat. Lisan kebenaran di dunia dan kenaikan derajad di akhirat, serta menampakkan kemuliaan bagi mereka dengan perhatian yang Allah berikan khusus terhadap ‘Aisyah, sehingga Allah menurunkan ayat pembebasan dirinya dalam al-Qur’an al-‘Adzim. Oleh karena itu, ketika ‘Abdullah bin ‘Abbas datang menemuinya saat ‘Aisyah menghadapi sakaratul maut berkata kepadanya: “Sambutlah kabar gembira, sesungguhnya engkau adalah istri Rasulullah – Shallallahu ‘alayhi wa sallam -. Beliau sangat mencintaimu, beliau tidak menikahi gadis selain dirimu dan telah turun pembebasan dirimu langsung dari langit.” * (BERSAMBUNG)
Penulis adalah anggota Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Jatim