Hidayatullah.com—Uskup Agung Afrika Selatan Desmond Tutu mengungkapkan keinginannya memiliki opsi untuk mengakhiri hidupnya dengan cara euthanasia.
Tokoh Kristen Anglikan peraih Nobel Perdamaian dan pegiat anti-apartheid itu mengaku tidak ingin “memperpanjang usia dengan segala cara”. Hal itu diungkapkan dalam rangka hari ulang tahunnya ke-85 lewat tulisannya yang dimuat koran Washington Post, lapor BBC Jumat (7/10/2016).
Tahun 2014, Tutu pernah mengungkapkan secara terbuka dukungan pribadinya atas euhtanasia, cara mengakhiri hidup dengan bantuan orang lain yang biasa dilakukan oleh penderita sakit parah yang disebut juga sebagai “mercy killing”, pembunuhan berlandaskan kasih sayang. Namun, ketika itu Tutu tidak mengungkapkan bahwa dirinya juga ingin bisa memiliki pilihan untuk mati dengan cara demikian.
“Saya berharap akan diperlakukan dengan penuh kasih dan diperbolehkan melewati fase kehidupan selanjutnya dengan cara yang saya pilih sendiri,” tulis Tutu, mengindikasikan dirinya ingin punya pilihan euthanasia.
“Bagi mereka yang mengalami penderitaan tak tertahankan dan berada di penghujung hidupnya, mengetahui bahwa ada pilihan terbuka baginya untuk sebuah assisted death adalah pelipur lara yang tak ternilai harganya,” imbuh Tutu.
Tidak ada aturan khusus tentang legalisasi euthanasia di Afrika Selatan.
Namun, pada April 2015, pengadilan di Afrika Selatan pernah memberikan hak untuk mati kepada seorang pasien yang menderita sakit tak tersembuhkan. Kasus itu mendorong tuntutan warga agar peraturan perundangan berkaitan dengan euthanasia di negara diperjelas.
Sementara itu, Gereja Anglikan, yang merupakan pecahan dari Gereja Katolik Roma, sangat menentang mati dengan cara dibantu orang lain.
Ini bukan pertama kalinya Desmond Tutu menyempal dari pendapat gereja tempatnya bernaung.
Sebelumnya pada 2013, Tutu dengan terang-terangan mendukung hak-hak kaum LGBT dan mengkritik keras sikap Kristen konservatif terhadap kaum pecinta sesama jenis itu.
“Saya tidak akan menyembah tuhan yang homophobia, dan begitulah kedalaman perasaan saya soal masalah ini,” kata Tutu ketika itu.
Di tahun 1990-an, saat masih menjabat uskup agung Cape Town, Tutu juga mendukung amandemen undang-undang agar aborsi dilegalkan di Afrika Selatan.*