Hidayatullah.com—Sebuah masjid berusia 50 tahun bernama Masjid Aqsa di distrik Faridabad, Haryana, India dihancurkan oleh perusahaan kota pada tanggal 15 April 2025 lalu.
Masjid Aqsa, yang kasusnya sedang menunggu keputusan Mahkamah Agung, dihancurkan secara sewenang-wenang oleh perusahaan kota di tengah kehadiran polisi yang banyak, termasuk tiga asisten komisaris polisi, di distrik Faridabad, Haryana, yang memicu kemarahan publik di antara komunitas Muslim setempat.
Terletak di desa Badkhal, masalah dugaan penyerobotan masjid itu masih menunggu putusan Mahkamah Agung. Warga setempat yang marah mengungkapkan kemarahan yang mendalam dan menuduh pemerintah distrik bertindak tergesa-gesa dalam aksi pembongkaran itu.
“Ini sangat menyedihkan. Tidak ada keputusan akhir dari Mahkamah Agung. Mengapa mereka merobohkannya?” tanya Mushtaq, seorang penduduk setempat, dikutip The Siasat Daily.
“Pertama-tama mereka merobohkan beberapa toko kecil, lalu mereka mendatangi masjid kami. Itu disengaja. Kami bahkan tidak diberi waktu,” katanya menambahkan.
Menjelaskan tentang keberadaan masjid yang sudah ada selama puluhan tahun, Mushtaq berkata, “Masjid ini dibangun di atas tanah yang disumbangkan oleh mantan kepala desa, lima dekade lalu. Masjid ini dibangun di atas tanah seluas 600 hingga 700 meter persegi, dalam bangunan berukuran 40 x 80 kaki persegi,” ujarnya.
Menurut Mushtaq, selama puluhan tahun awal, masjid ini berdiri dengan damai, hingga datanglah kasus sengketa tanah yang sudah berlangsung lebih dari 25 tahun.
“Baru-baru ini perusahaan kota mulai menyebutnya illegal,” ujarnya, menambahkan, masyarakat menolak klaim pemerintah kota tersebut.
Pihak berwenang punya cerita yang berbeda. “Ini bukan keputusan yang tiba-tiba. Kami bertindak sesuai dengan perintah hukum,” kata seorang pejabat senior perusahaan kota berdalih.
“Masjid ini adalah satu dari beberapa bangunan ilegal yang diidentifikasi di tanah publik,” kata pejabat itu.
‘Politik Bulldozer”
“Politik Bulldozer” telah memainkan peran yang sangat penting dalam pembangunan infrastruktur di seluruh dunia beberapa tahun belakangan ini.
Mesin-mesin modern ini telah berperan penting dalam pembangunan pusat-pusat teknologi besar, pusat-pusat komunitas, dan pasar-pasar di India, untuk menargetkan dan menindas suatu komunitas Muslim.
Pembongkaran tanpa pemberitahuan terhadap rumah-rumah penduduk Muslim atau masjid menjadi populer setelah Yogi Adityanath (yang kini popular disebut “Bapak Bulldozer”)terpilih sebagai Kepala Menteri Uttar Pradesh.
Gagasan ini kemudian langsung menyebar ke berbagai negara bagian di India, seperti: Delhi, Madhya Pradesh, Haryana, Uttarakhand, Assam, dan Maharashtra.
Pada bulan Juni 2022, pihak berwenang di kota Prayagraj di Uttar Pradesh – yang sebelumnya dikenal sebagai Allahabad – menghancurkan rumah aktivis dan pemimpin masyarakat Javed Mohammed. Ia didakwa berdasarkan Undang-Undang Keamanan Nasional dan dicap sebagai “dalang” kekerasan yang meletus di Prayagraj bulan itu, menyusul pernyataan menghina oleh juru bicara BJP saat itu, Nupur Sharma, terhadap Nabi Muhammad.
Tahun 2023, di Nuh, kota di negara bagian Haryana, India utara, lebih dari 1.000 rumah, gubuk, dan usaha kecil Muslim dihancurkan pihak berwenang.
Pada bulan Juni 2024, lebih dari 1.000 keluarga Muslim digusur untuk proyek pembangunan tepi sungai Kukrail di Lucknow.
“Penghancuran properti Muslim yang melanggar hukum oleh otoritas India, yang disebut sebagai ‘keadilan buldozer’ oleh para pemimpin politik dan media, adalah tindakan yang kejam dan mengerikan. Penggusuran dan perampasan seperti itu sangat tidak adil, melanggar hukum, dan diskriminatif. Tindakan itu menghancurkan keluarga—dan harus segera dihentikan,” kata Agnès Callamard, Sekretaris Jenderal Amnesty International dalam sebuah laporan.*