MARAKNYA gerakan Islam liberal di kampus Uiniversitas Islam Negeri (UIN) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat.
Pasalnya, sudah banyak tokoh-tokoh liberal di tanah air yang berasal dari kampus yang terletak di bilangan Ciputat ini. Selain itu, setidaknya, terdapat tiga hal yang menyebabkan orang melabeli UIN Jakarta sebagai sarang liberal, yakni: (1) adanya figur Harun Nasution, (2) adanya lembaga Formaci, dan (3) dan berbagai seminar-seminar yang ujungnya bernuansa kampanye paham liberal.
Prof Dr Harun Nasution
Harun Nasution merupakan salah seorang guru besar yang cukup lama menimba ilmu dan mengajar di UIN Jakarta. Tidaklah mengherankan jika namanya sudah dikenal luas oleh para mahasiswa UIN Jakarta. Karya-karya tulisanya banyak yang dijadikan referensi utama oleh sarjana-sarjana UIN Jakarta, khususnya di jurusan-jurusan agama. Selain itu, buku-buku karya Harun Nasution ini juga menjadi buku wajib dalam kurikulum di hampir semua program studi yang ada di UIN Jakarta. Salah satu buku Harun Nasution yang terkenal adalah Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya.
Sangat disayangkan, buku karya guru besar yang namanya dijadikan nama Auditorium Utama di UIN Jakarta ini justru sudah banyak menerima kritik dan bantahan. Bahkan, bantahan terkenal atas buku Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya ini dibuat oleh guru Harun Nasution sendiri, yakni H.M Rasjidi.
H. M Rasjidi berusaha mengungkap berbagai kerancuan pokok pikiran dalam karya-karya Harun melalui bukunya yang berjudul Koreksi Terhadap Dr. Harun Nasution, Tentang “Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya”. Dalam buku itu, Rasjidi menilai bahwa pikiran-pikiran Harun tentang Islam sangatlah berbahaya. Anehnya, walaupun buku Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya ini sudah banyak kritikannya, tetap saja buku yang dicetak ke dalam dua jilid ini masih dipakai oleh sebagian besar dosen. Dari sini terlihat jelas bahwa UIN Jakarta ingin tetap melestarikan pemikiran-pemikiran Harun Nasution dan menularkannya pada mahasiswa-mahasiswa UIN Jakarta.
Mahasiswa-mahasiswa Baru
Walaupun merupakan universitas berlabel Islam, UIN Jakarta saat ini sudah banyak membuka jurusan-jurusan umum yang sudah terakreditasi cukup baik. Hal ini membuat banyak siswa-siswi SMA yang baru lulus tertarik untuk mendaftarkan diri pada jurusan-jurusan umum yang tersebut. Dampaknya, UIN Jakarta saat ini tidak hanya diisi oleh lulusan-lulusan pesantren atau Madrasah Aliyah, namun juga lulusan SMA yang cukup banyak.
Dengan pluralnya latar belakang pendidikan mahasiswa-mahasiswa baru ini, otomatis suasana lingkungan kampus pun semakin beragam. Perlu diketahui bahwa UIN Jakarta menerapkan kurikulum yang mewajibkan adanya matakuliah agama seperti filsafat, pengantar studi Islam dan lain sebagainya disemua jurusan. Yang dikhawatirkan adalah mahasiswa-mahasiswa baru dari SMA yang memang sebelumnya belum terlalu faham dengan pelajaran-pelajaran agama akan mudah terpengaruh atau mudah menerima ilmu dari dosen dan buku-buku yang ada di UIN Jakarta. Di sisi lain, tidak tertutup pula kemungkinan lulusan-lulusan pesantren dan Madrasah Aliyah lainnya juga terpengaruh dengan dosen-dosen lulusan universitas Barat dan buku-buku karangan para orientalis yang terdapat di UIN Jakarta.
Seminar-seminar Liberal
Seminar-seminar yang mengundang tokoh-tokoh liberal seperti Ulil Abshar Abdalla dan Zuhairi Misrawi tak jarang diselenggarakan oleh beberapa program studi di UIN Jakarta. Dengan tema yang cukup beragam dan kerap dianggap baru oleh sebagian orang, seminar-seminar yang diisi oleh tokoh-tokoh liberal ini hampir tak pernah sepi. Alhasil, doktrin liberal dapat dengan mudah disebarluaskan.
Tiga hal diatas adalah beberapa faktor utama di balik mengguritanya pemikiran liberal pada UIN Jakarta. Di UIN Jakarta, penumbuhan benih-benih pemikiran Islam liberal pada mahasiswanya relatif mudah dilakukan. Meski demikian, seiring dengan masifnya gerakan liberal, UIN Jakarta juga tak sepi dari gerakan-gerakan keislaman yang sangat menentang pemikiran para pengikut orientalis itu. Sebut saja LDK Syahid, ITJ Subchapter UIN Jakarta, dan gerakan-gerakan keislaman lainnya yang terus bergerak untuk melawan arus liberalisasi di kampus ini.*
Pengirim
Zalqornaen Ramdhana S. Gufron (tinggal di Jakarta)