Hidayatullah.com–Perbedaan antara kalender Islam (Hijriyah) dan kalnder Masehi (Gregorian) tidak hanya membuat pengaturan waktu puasa Ramadhan menjadi sulit.
Puasa menjelang musim panas hanya salah satu tantangan yang harus dihadapi kaum Muslim.
Di sebagian besar bagian dunia, bulan Ramadhan, yang dimulai Rabu lalu, ditandai dengan puasa sejak matahari terbit hingga tenggelam.
Hal ini bukan aturan yang mudah diikuti di garis bujur utara, dimana, selalu tergantung dengan cuaca. Sepanjang sehari bisa terang atau bahkan gelap. Syarat-syarat yang dibuat untuk membantu Muslim pada ujung bumi yang bisa membantu mereka memenuhi kewajiban agama mereka, telah memancing debat.
Non-Muslimpun tahu mengenai Ramadhan dan praktek puasa, detail tentang debat ini mungkin membutuhkan keterangan panjang.
Tidak seperti di bulan Agustus atau September, bulan Ramadan bergerak sepanjang tahun, menurut kalender lunar, yang 10 hari lebih pendek dari kalender Masehi (Gregorian) yang sekarang banyak dipakai.
Hasilnya ialah bahwa Ramadhan, bersama 12 bulan lain di kalender Muslim, datang 10 hari lebih awal di tiap tahun. Jadi, bulan puasa dapat jatuh menjelang musim dingin, panas, gugur atau semi. Tahun ini, puasa dimulai pada rabu dan dipekirakan berakhir pada September tanggal 8.
Tahun depannya, puasa akan berada pada seluruh bulan Agustus. Di saat itu, kaum Muslim di belahan bumi utara berada di masa dehidrasi dari ketiadaan makanan dan air akibat musim kemarau yang sangat panjang. [hdn/ar/hidayatullah.com]