Hidayatullah.com–Pemimpin Hamas, Ismail Haniya untuk pertama kali mengangkat seorang wanita sebagai menteri. Jamila al-Shanti bertanggung jawab atas kementerian baru, yakni kementerian Urusan Perempuan. Hamas juga mendirikan kementerian Dalam Negeri.
Menteri dan kementerian baru merupakan bagian dari reorganisasi kecil kabinet Hamas. Sebelumnya Hamas telah mengumumkan ingin mereformasi pemerintah. Namun, selain perkecualian tadi, mereka tidak banyak melakukan perubahan pada kabinet.
Sejak tahun 2007 pengangkatan Jamila al-Shanti dalam reshuffle kabinet berbasis di Gaza hari Kamis kemarin merupakan pertama kalinya. Reshuffle juga menunjuk Mohammad Awad ke pos Menteri Luar Negeri.
Pemerintah Hamas sebagian besar belum diakui di luar daerah wilayah pantai, dan kontrol tidak melampaui Jalur Gaza. Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.
Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah. Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.
Sejumlah babak perundingan rekonsiliasi antara kedua pihak gagal mencapai kesepakatan mengenai pembentukan pemerintah persatuan.
Di sisi lain, Eropa dan Amerika memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris yang membuat Israel punya alasan seenaknya atas wilayah ini dan menyebabkan Jalur Gaza yang padat penduduk diblokade oleh Israel dan Mesir setelah Hamas berkuasa hampir empat tahun lalu.
Sementara itu, operasi “Cast Lead” Zionis yang menewaskan sedikitnya 1.400 orang dan diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza faktanya hanyalah melahirkan kesengsaraan rakyat.*