Hidayatullah.com—Enam tahun setelah pertama kali kasus penculikan, penyiksaan dan penahanan di wilayah Eropa atas para tersangka terorisme oleh agen intelijen Amerika Serikat CIA terbongkar, Parlemen Eropa sekarang sedang mempersiapkan laporan terbarunya tentang skandal itu.
Parlemen Eropa menggelar dengar pendapat dengan lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan organisasi hak asasi manusia untuk mengumpulkan data tambahan tentang sejumlah negara anggota Uni Eropa yang diduga terlibat dalam program rendisi tersebut.
“Belum ada tindakan yang benar-benar diambil di negara-negara anggota untuk melaksanakan penyelidikan sesungguhnya dan mengangkat akar permasalahan. Kewajiban (para anggota -red) tidak hanya wajib untuk tidak menyiksa atau terlibat dalam penyiksaan, melainkan juga ada kewajiban untuk menyelidiki, untuk memastikan pertanggungjawabannya,” kata Gerald Staberock, sekretaris jenderal World Organisation Against Torture, dikutip Euronews (12/04/2012).
Kebanyakan penyelidikan tentang penyiksaan yang dilakukan oleh negara anggota beberapa tahun terakhir bersifat rahasia.
Laporan penyelidikan-penyelidikan itu tidak dimasukkan dalam laporan tindak lanjut yang sedang dipersiapkan Parlemen Eropa. Padahal menurut para penyusun laporan, pendekatan kerjasama dalam penyusunan laporan skandal redensi itu adalah sebuah keharusan.
“Mengingat kegagalan atau kesulitan yang dihadapi para negara anggota dalam menangani masalah itu, Uni Eropa harus mengambil alih masalah ini sehingga pada akhirnya informasi dapat diakses secara bebas,” kata Helene Flautre, MEP dan pelapor untuk Komite Kebebsan Sipil.
Parelemen Eropa akan mengirim delegasi ke Lithuania akhir April, sebelum mempresentasikan laporan akhir di Komisi Kebebasan Sipil pada bulan Juli mendatang. Dokumen itu nantinya akan dibahas dalam sidang pleno Parlemen Eropa pada September 2012.
Negara-negara Eropa yang terlibat skandal penculikan, penahanan dan penyiksaan tersangka terorisme oleh CIA di penjara rahasia antara lain adalah Lithuania, Rumania, Polandia, Denmark, Finlandia dan Inggris.*