Hidayatullah.com–Ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Islam Program Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor Dr Adian Husaini, mengatakan ada jurang pemisah antara budaya ilmu milik peradaban barat dengan konsep ilmu agama Islam.
Pernyataan Adian disampaikan menanggapi adanya pergeseran orientasi menuntut ilmu yang terjadi di tengah masyarakat saat ini.
“Kini thalabu al-ilmi bergeser kepada thalabu al-madrasah atau thalabu asy-syahadah,” ungkap Adian di hadapan puluhan mahasiswa Program Magister Pendidikan Islam UIKA, beberapa hari lalu.
Menurut Adian, awal pergeseran nilai dan orientasi ini seolah sangat halus dan tidak berdampak apa-apa. Tapi hasilnya mulai kentara ketika yang berilmu itu justru mulai tidak beradab dan jauh dari agamanya.
Manusia demikian menurut Adian hanya berorientasi kepada urusan materi dan dunia saja. Biasanya ia juga tidak peduli lagi dengan ibadah dan kewajiban agamanya.
“Dalam Islam, sebaliknya. Makin orang itu berilmu justru harus kian tunduk kepada Sang Pencipta dan menjaga adab-adabnya,” ujar Adian menerangkan.
Lebih jauh pria yang dikenal rajin menulis buku dan artikel ini menjelaskan beberapa prinsip dasar pendidikan dalam syariat Islam. Di antaranya adalah sifat pendidikan itu kulliyah (universal) dan bukan parsial.
Menurut Adian, apapun disiplin ilmunya, hendaknya tujuan pendidikannya harus jelas, yaitu menjadi insan adabi (manusia beradab).
“Silakan belajar apa saja yang penting bermental mujahid dan niat untuk dakwah,” ucap Adian.
“Yang belajar politik Islam, silakan. Tapi jangan lupa dakwahi semua saudara-saudara Muslim dan Non Muslim,” imbuh Adian tersenyum.
Selanjutnya, masih menurut Adian, prinsip pendidikan Islam lainnya adalah bersifat tauhidi dan bukan dikotomis. Ilmu yang benar adalah ilmu yang berangkat dari dorongan keimanan dan melahirkan akhlak serta jejak-jejak amal kebaikan.
“Seorang Muslim tak perlu lagi memisahkan antara ilmu dunia dan akhirat. Sebab semua ilmu bertujuan sama, yaitu kepentingan dakwah dan akhirat,” ucap Adian yang buknya pernah meraih penghargaan Buku Terbaik non Fiksi di Islamic Book Fair (IBF) 2006 lewat karyanya “Wajah Peradaban Barat” ini.
Terakhir, kata Adian, pendidikan Islam adalah pendidikan sepanjang hayat (life-long education).
Bagi seorang Muslim, semangat belajar dan meng-upgrade diri tidak boleh luntur dalam kondisi apapun.
“Menuntut ilmu adalah kewajiban tak berbatas. Ia tidak dibatasi oleh usia apalagi hanya di sekolah-sekolah formal saja,” terang Adian.
“Ilmu ada di mana-mana, baik formal maupun non formal. Orang yang ingin beramal atau beribadah berarti ia harus punya ilmu terlebih dahulu,” pungkas lulusan International Institute of Islamic Thought and Civilization–International Islamic University (ISTAC-IIU) Malaysia ini.*/Masykur Abu Jaulah