Hidayatullah.com- Mantan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayjen TNI (Purn) Muchdi Purwoprandjono (Muchdi PR) menyebutkan bahwa aktor utama yang membisikkan presiden untuk meminta maaf kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Karena itu, Muchdi yang juga sebagai saksi hidup dari peristiwa pemberontakan Gerakan 30 September PKI (G-30S/PKI) itu meminta masyarakat supaya Komnas HAM dibubarkan.
“Saya beri apresiasi pernyataan Presiden bahwa dia tidak akan pernah memaafkan PKI, itu harus kita kawal dan kita dukung jangan sampai ada orang-orang di sampingnya membisikkan supaya memaafkan PKI,“ ujar Muchdi saat melakukan orasi dalam acara Ziarah dan Doa bersama memperingati pengkhianatan PKI terhadap NKRI di Lubang Buaya, Monumen Pancasila Sakti, Jakarta Timur, Kamis (01/10/2015).
Muchdi menambahkan Komnas HAM-lah yang memberikan data seolah-olah yang menjadi korban adalah orang-orang PKI. Padahal, itu hanyalah segelintir saja dibandingkan dengan korban seperti para ulama dan kyai, yang dibunuh secara keji dan biadab.
Menurut Muchdi, opini yang menyebar di masyarakat sekarang ini adalah seolah-olah PKI adalah korban dari peristiwa G-30S/PKI 1965. Padahal, justru umat Islamlah yang menjadi korban dari keganasan partai palu arit tersebut.
“Maka sebaliknya saya bertanya, apakah umat Islam saat itu tidak menjadi korban? Kalau saja PKI saat itu menang, mungkin saya sudah tidak ada di bumi ini,” ungkap Muchdi.
Muchdi mengaku kecewa dengan sikap Komnas HAM yang cenderung berpihak kepada PKI dan tidak mendengar pandangan dari kelompok anti-komunis.
“Makanya, saya bersama teman-teman mendesak Komnas HAM bersikap adil. Jangan hanya mendengar satu pihak saja. Kalau memang Komnas HAM mendukung PKI, maka bubarkan saja Komnas HAM,“ tandasnya.*