Hidayatullah.com–Rabithah Ulama Muslimin mengeluarkan seruan jihad melawan pasukan Rusia yang melakukan intervensi di Suriah.
Dalam seruannya yang dirilis muslimsc.com, (02/10/2015), Rabithah Ulama Muslimin menyebut Negara Rusia telah mengikutsertakan dirinya dalam perang militer yang zalim kepada penduduk Suriah.
Di bawah ini isi seruannya:
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dan tidak ada permusuhan kecuali pada kelompok zalim.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi dan Rasul yang paling mulia, juga kepada keluarga dan seluruh sahabatnya. Dan yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.
Amma ba’du,
Rusia mengikutsertakan dirinya dalam perang militer yang zalim kepada penduduk Suriah itu bukanlah sesuatu yang baru. Karena sebelumnya, pemerintah sektariannya ini telah mensupport dengan segala kemampuan militer, alutsista, ekonomi dan politiknya.
Begitu juga, bukanlah hal yang baru ketika mereka umumkan bahwa yang mereka lakukan ini adalah perang suci yang mengingatkan kembali dengan Perang Salib yang mereka lakukan dahulu.
Sungguh benarlah firman Allah yang artinya;
وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ
“Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela terhadapmu hingga kalian mengikuti agama mereka. Katakanlah, sesungguhnya hidayah Allah itulah sebenar petunjuk. Dan jika kamu ikuti kemauan mereka setelah datangnya ilmu padamu, niscaya Allah tidak akan menjadi wali dan penolongmu.” (QS. al-Baqarah: 120).
Mereka tidak punya tujuan lain selain yang Allah sebutkan:
وَلاَ يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىَ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُواْ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ
“Dan mereka senantiasa memerangi kalian sampai mereka memurtadkan kalian dari agama kalian, jika mereka mampu.” (QS. al-Baqarah: 217)
Untuk menanggapi fenomena ini, Rabithah Ulama Muslimin memberi penjelasan kepada umat berikut ini;
Pertama: Kaum Salib, Yahudi dan Syiah di dunia telah sepakat untuk tidak memberikan kesempatan kepada Muslimin Ahlus Sunnah memimpin Bumi Syam yang penuh berkah.
Sedangkan Rusia yang berperang hari ini adalah wakil dari pihak-pihak lain. Untuk mencapai tujuan yang belum berhasil dilaksanakan oleh Shafawi Iran dan anak emasnya, Libanon. Setelah gagalnya pemerintah Suriah yang notabene didukung oleh berbagai kekuatan itu.
Kedua: Bersatunya berbagai golongan itu dalam memerangi pemeluk Islam tidaklah berbahaya bagi umat kecuali rasa sakit selama mereka berpegang pada al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam dan bertawakkal pada Allah.
Bahkan bersekongkolnya ragam kekuatan itu justru membuat orang mukminin semakin teguh di atas kebenaran. Menunggu pertolongan Allah dan melaksanakan janjiNya. Allah berfirman yang artinya,
إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ
“Sesungguhnya Kami pasti akan menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang beriman di kehidupan dunia dan pada hari para saksi berdiri.” (QS. Al-Mukmin: 40)
Ketiga: Sesungguhnya kemenangan yang diperoleh pemeluk Islam tidak didapat dengan banyaknya jumlah. Tapi dengan menuntaskan sebab-sebab syar’i diturunkannya pertolongan.
Dan yang paling utama adalah bersatu padu, meninggalkan semua perselisihan yang menjadi kunci kegagalan.
Rabithah berfatwa, menginstruksikan kepada penduduk Suriah akan wajibnya bersatu dan mengatur strategi menghalau konvoi Salib itu.
Kedatangan mereka itu disebabkan karena penduduk Suriah sendiri.
Allah berkata pada sahabat radhiyallahu’anhum,
Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُم مُّصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُم مِّثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَـذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِندِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Apakah ketika kalian ditimpa musibah kalian berkata, dari mana datangnya ini?, katakanlah hal itu dari diri kalian sendiri. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imran: 165)
Begitu juga, Rabithah menyeru para mujahidin al-mukhlishin agar mewakafkan diri untuk menolong saudara mereka. Menyatukan barisan, berpegang teguh pada Allah semata, kepada KitabNya dan Sunnah NabiNya Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, menghilangkan perbedaan, pertikaian kelompok dan perselisihan yang sempit serta membersihkan barisan mereka dari kelompok ekstrem.
Hendaknya mereka gantungkan harapan hanya kepada Allah semata. Memperbaiki tawakkal mereka, memperbanyak dzikir padaNya dan meminta pertolongan hanya kepadaNya. Allah berfirman yang artinya, “Dan berpegang teguhlah kalian semua pada tali Allah dan janganlah bercerai berai.” (QS. Ali Imran: 103) Begitu juga firman Allah, “Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertemu dengan satu kelompok maka teguhkanlah diri kalian dan banyaklah berdzikir pada Allah. Semoga kalian beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan RasulNya. Janganlah berselisih hingga membuat kalian kalah dan wibawa kalian hilang. Bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 45-46)
Rabithah menegaskan kembali kepada mujahidin ash-shadiqin al-mukhlishin sebagaimana yang selalu diulang, untuk menjauhi jalan orang-orang yang ghuluw. Menghindari manhaj, metode dan syubhat mereka. Karena mereka ini jalan masuknya setiap musuh dan kendaraan semua setan.
Keempat: Jika jihad itu sudah wajib ‘ain pada Penduduk Syam dan tentara yang berjaga di sana. Maka itu tidak menghilangkan tanggung jawab umat menolong dan mensupport dengan harta dan segala bentuk bantuan. Semua sesuai dengan kadar kemampuannya.
Berjihad melawan musuh sebagaimana hal itu wajib dengan jiwa maka hal itu juga wajib dengan harta, doa dan selainnya.
Dalam hadis disebutkan, “Berjihadlah melawan orang-orang musyrik dengan harta, tangan dan lisan kalian.” (HR. Abu Dawud dan Nasa’i).* (BERSAMBUNG)