Pendidikan idealnya digunakan untuk mengembangkan orang- orang yang lebih manusiawi dan lebih humanis
Hidayatullah.com | ILMU sangat dijunjung tinggi dan dihargai dalam Islam, baik itu yang diperoleh melalui riset irfani (mujahadah dan muraqabah), ijbari (eksperimen dan penalaran logis), burhani (pengamatan, wawancara, dan kuesioner), serta jadali (logika).
Mengingat ilmu merupakan sumber penerangan kehidupan manusia dan kemampuan memberikan jalan sukses dalam kehidupan. Oleh karena itu, kunci utama dimulai dari pendidikan.
Pendidikan idealnya digunakan untuk mengembangkan orang- orang yang lebih manusiawi. Jika dilihat dalam paradigma kontekstual al quran, maka pendidikan yang manusiawi itu terdapat dalam Surat An- Nisa ayat 63:
اُولٰٓٮِٕكَ الَّذِيۡنَ يَعۡلَمُ اللّٰهُ مَا فِىۡ قُلُوۡبِهِمۡ فَاَعۡرِضۡ عَنۡهُمۡ وَعِظۡهُمۡ وَقُلْ لَّهُمۡ فِىۡۤ اَنۡفُسِهِمۡ قَوۡلًاۢ بَلِيۡغًا
” Mereka itu adalah orang- orang yang (sesungguhnya) Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya.” (QS: An-Nisa’: 63)
Dalam konteks ayat tersebut, ada dua nilai utama yang disampaikan:
Pertama, nilai-nilai humanis- transenden (khusus), khususnya, nilai- nilai agama dalam pendidikan. Nilai-nilai humanis ini, menurut Mas’ud dalam (Dewi Herti, 2002, hal. 193) adalah gagasan keagamaan yang memanusiakan manusia, sekaligus inisiatif untuk memanusiakan ilmu pengetahuan dengan tetap menekankan akuntabilitas hablum minallah dan hablum minannas.
Gagasan yang dapat diwujudkan dalam bidang pendidikan adalah nilai pendidikan humanis- religius. Ide ini sangat menekankan pada akuntabilitas, pengetahuan yang tinggi, akal sehat, kemandirian individu, dan rasa hormat satu sama lain.
Untuk membangun kembali pemikiran humanis dalam pendidikan, al- muhafadhotu alal- Qadim as- Shalih wal- akhdzu bil- Jadid al- Ashlah (menjaga tradisi baik masa lalu dan mengadopsi tradisi yang lebih baik) adalah pedoman yang ideal.
Dalam hal ini menunjukkan bahwa surat An- Nisa ayat 63 menguatkan prinsip-prinsip moral. Pendidikan humanisme harus mengutamakan nilai-nilai spiritual peserta didik di samping komponen fisik.
Hal ini dilakukan dalam upaya menggugah peserta didik untuk lebih meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan sebagai pencipta alam semesta.
Kedua, nilai pendidikan humanis, ini adalah metode memperlakukan orang yang bertujuan untuk membebaskan mereka dari belenggu kebodohan, menyingkirkan sikap negatif, dan mengubah mereka menjadi manusia seutuhnya.
Hal ini sejalan dengan penegasan Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd., yang menyatakan bahwa kebebasan pendidikan berarti memberdayakan peserta didik dan membimbing mereka menuju kesadaran diri (2022, hal. 31).
Strategi kedua ini menjadi gambaran bagi seluruh pendidik saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Setiap peserta didik memiliki metode yang unik dalam melakukan pembelajaran, karena berbeda latar belakang dan sifat, seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad ﷺ.
Dalam Tafsir Al- maraghi, dijelaskan bahwa dalam Surat An- Nisa ayat 63 juga memuat nilai-nilai psikologis jika mengacu pada cara- cara Allah yang telah dimanifestasikan oleh Nabi Muhammad ﷺ dalam dakwahnya. Pendidik harus mengikuti contoh ini.
Untuk mengajarkan humanisme, pendidik harus mampu memahami jiwa setiap peserta didik. Hal ini harus dilakukan agar setiap peserta didik berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia sebagai hasil pendidikannya.
Setiap peserta didik, pada kenyataannya, memiliki potensi dan pendekatan yang unik untuk menggunakannya. Setiap Peserta didik perlu berkembang menjadi manusia seutuhnya, sehingga harus ada mentalitas humanistik.
Cara terbaik untuk melaksanakan pendidikan humanis adalah dengan mengadopsi sikap cerdas terhadap pemahaman, menghormati, dan selalu menempatkan peserta didik sesuai dengan kemampuan mereka. Oleh karena itu, pendidikan humanis mengartikan belajar sebagai proses kemanusiaan. Sehingga pendidikan harus mengandung “ humanistic aspect of literacy ”.
Selanjutnya,di era digital ini, untuk menjadikan peserta didik yang utuh dan berakhlak mulia, sudah saatnya konsep “Humanistic tutoring and Learning” diimplementasikan dalam lembaga pendidikan.*/ Tgk. Syamsul Bahri, Ketua PAC Pergunu cabang Darul Imarah Aceh Besar dan pengurus Dayah Samudera Pasai Madani (DSPM) Aceh