Oleh: Nanang E S
LITERASI sebagai jantung hati pendidikan hakikatnya sebuah pemaknaan yang mendalam, bahwa literasi itu penting untuk dipelajari dalam sebuah pendidikan. Karena literasi adalah nafas pendidikan yang akan mnghidupkan segala peradaban, kebudayaan juga kekuatan jiwa. Mengingat harapan penting dari sebuah pendidikan nasional, adalah menciptakan peserta-peserta didik yang memiliki karakter pribadi yang kuat, pembangunan budaya dan menciptakan generasi yang memiliki daya saing yang kuat. Namun, sepertinya komponen itu sampai saat ini masih menjadi tugas besar. Bukan saja bagi pendidikan tetapi pemikiran bersama. Pasalnya, jika melihat realita yang ada momok pendidikan masih begitu besar. Karekater-karakter bangsa semakin lama semakin menurun sejalan perkembangan jaman, budaya instan membuat daya saing lemah, perkembangan jaman membuat gerasi terombang-ambing, serta kebudayaan yang semakin terlupakan.
Peradaban yang kuat sudah semestinya bersama-sama membangun jiwa-jiwa yang kokoh dalam menghadapi kehidupan yang semakin lama semakin pelik. Dalam pendidikan pemahaman tersebut tidak saja masuk dalam materi yang di sampaikan dalam kelas. Tetapi pemahaman dalam konteks yang luas, pengaplikasiannya dalam kehidupan yang nyata.
Mengingat sedemikian majemuknya keadaan Indonesia saat ini. Namun, terlalu sulit jika melihat kenyataan yang ada, bahwa tanpa sadar posisi sekarang tengah berada pada posisi terayun-ayun tinggi dalam sebuah peradaban yang semakin maju. Fakta dan berita telah memperlihatkan bagaimana kebudayaan, peradaban sesungguhnya, bahkan bahasa-bahasa lokal di Indonesia tengah di masa suramnya, bahkan ditaksir punah selama abad XX. Hal demikian yang semestinya menjadi pemikiran bersama dalam usaha mengantisipasi hal tersebut, agar tidak terlalu jauh kita terombang-ambing dalam kenyataan yang membingungkan saat ini.
Pendidikan, secara fungsi nasional memiliki peran sentral sebagai promotor pengggerak perubahan kebudayaan menjadi lebih baik. Tentu harus memikirkan jalan keluar terbaik dalam usaha membentuk pendidikan sebagai pabrik SDM yang mumpuni. Tugas ini tidak memojokkan istansi terkait saja, melainkan bersama-sama bergerak. Mengingat pendidikan adalah tugas bersama, sudah saatnya mendayung sampan bersama-sama agar bisa berkelok dan sampai di pantai harapan yang mulia. Dalam usahan ini perlu ditonggakkan bersama-sama pendidikan yang literet, yaitu adanya kesadaran yang kuat, pemahaman yang kuat dan pemaknaan yang mendalam akan berbagai hal. Pendidikan dan bersama-sama, menyusun cara agar ketiga tonggak tersebut dapat diraih dengan baik. Adapun beberapa solusi yang dapat ditempuh dalam mewujudkan pendidikan yang literet sebagai berikut; (1) menumbuhkan budaya literasi di setiap kehidupan, (2) pendidikan perlu mendalami literasi sebagai dayung perubahan, (3) pendidikan juga perlu mendalami literasi sebagai proses kesadaran, dan (4) meyakini melalui literasi dapat menemukan kedamaian.
Pertama, menumbuhkan budaya literasi, meski pada awalnya literasi diartikan sebagai keberaksaraan, kemudian berkembang menjadi baca tulis. Kemudian di era big data saat ini, penyuguhan hal sosial yang sangat kompleksnya literasi dimaknai sebagai proses pemahaman, dan pemaknaan secara luas. Literasi sebagai jantung hati, hal demikian memang yang perlu kita sadari bahwa, pemahaman juga pemaknaan itu sangat penting sebagai penguat sudut pandang juga pemahaman akan perubahan keadaan sosial yang cepat.
Di samping membantu, memilah mana yang baik dan mana yang tidak baik. Literasi berdiri, sebagai tras pondasi kehidupan di sebuah negara. Apalagi di era politik yang dirundung memanas, di barengi sifat kekuasaan, juga perebutan titel kehormatan ini yang perlu dilihat peran literasi sebagai pemahaman kritis akan cara politik saat ini. Karena bagaimanapun tanpa dipungkiri, masyarakat dalam era saat ini dibuat pusing dengan informasi yang ada.
Pasalnya kefaktaan informasi yang ada sulit dibedakan mana yang asli dan mana yang bukan asli. Atas latar belakang mengusung salah satu kubu, kefaktaan informasi kadang masih dislewengkan demi hal-hal di luar itu. Dengan mempelajari literasi maka masyarakat akan tau dan paham betul mana yang seharusnya di anut dan mana yang seharsunya dibuang. Dalam poisis ini, literasi semajam jaring dalam kehidupan untuk menemukan kebenaran yang hakiki.
Kedua, memahami bersama literasi sebagai dayung perubahan. Dalam pemahaman ini bahwa literasi memiliki manfaat yang besar sebagai dayung perubahan. Berkaca dari Jepang misalnya yang begitu kuat merawat literasi dalam kehidupan mereka. Di Jepang literasi sudah menjadi kebutuhan hidup, dimulai sejak lebih dari seabad yang lalu saat restorasi Meiji, para pemimpin saat itu mulai menerjemahkan buku-buku asing dari seluruh dunia terutama Amerika dan Eropa. Sampai saat ini Jepang menjadi salah satu negara yang sangat disegani dunia.
Angka literet yang begitu tinggi menjadikan daya saing yang kuat, daya tawarnya juga tinggi serta kulitas diri yang sudah teruji. Kesadaran bersama-sama membangun literasi sebagai bentuk perubahan salah satunya bukti bahwa literasi sangat penting dalam kehidupan. Dan ini benar adanya jika sebuah negara kuat dalam merawat literasi sebagai kebutuhan hidup, bukan tidak mungkin peradaban, kebudayaan, gugusan bahkan karakter akan semakin kuat. Mengingat jejak literasi adalah jejak peradaban yang diabdikan. Bukan semata sebagai simpanan musium, lebih dari itu, yaitu pemahaman yang kuat mengenai peradaban itu sendiri.
Selanjutnya, berliterasi sebagai alat kesadaran. Dimaksudkan setiap orang memiliki peta yang kuat mengenai resiko dan manfaat mereka berliterasi. Bahwa apa yang dipelajari dalam proses berliterasi sama halnya berlabuh dalam dasar kesadaran diri yang jujur. Seperti masa lalu, manusia, masyarakat, dan/atau bangsa Mesir Kuno, Mecadonia Kuno, Mesopotamia, Persia Kuno, China Kuno, India Kuno, dan Yunani Kuno menjadi unggul dan masyhur di berbagai lapangan kebudayaan dan peradaban berkat tradisi berliterasinya yang begitu mantap dan kuat. Sejarah kuno telah membuktikan peran besar berliterasi sebagai pondasi dalam memantapkan peradaban. Sebab, kesadaran berliterasi memiliki peta dasar yang kuat, dari kefaktaan, data, juga analisis pemikiran mengenai sesuatu yang terjadi.
Buah litrasi, adalah kedamaian yang tidak terukur. Ketika orang benar-benar memahami dan memaknai suatu keadaan dengan kualifikasi yang baik. Kedamaian itu muncul sebagai buahnya. Seperti literasi, jika semua sadar akan pentingnya peradaban yang kuat, kebudayaan yang perlu dipertahankan sebagai jejak juga kepribadian diri serta tau cara mempertahankannya, yang muncul adalah pengkarakteran pribadi yang baik. Itulah buah literasi, yang tidak akan habis dimakan jaman. Karena jalan literasi harus adannya pemaksaan untuk berpikir dalam memahami setiap inci gerak hidup, sebagai bagian yang terpenting akan hal ini.
Akhirnya, alangkah indahnya jika kita rawat literasi sebagai bagian dari hidup ini. Bersama-sama menciptakan kesepakatan besar untuk berliterasi, yang melahirkan kedamaian hidup. Merawat literasi sama halnya merawat jantung dan hati pendidikan. Pendidikan bukan sebagai ajang formalitas mendapat gelar atau ijazah. Tetapi bagaimana pendidikna mampu menyadarkan, peserta didik bahwa ada tanggung jawab besar di kehidupan ini.*
Penggerak Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP PGRI Ponorogo