Hidayatullah.com- Banyak cara yang dapat dilakukan masyarakat selama pandemi Covid-19 di tanah air.
Mereka ada yang membantu mensosialisasikan pencegahan penularan virus corona, berpartisipasi meringankan tugas pemerintah atau memberikan donasi, menghibur para tim medis dan mereka yang selalu berada digarda terdepan selama masa wabah masih berlangsung.
Mahasiswa sebagai agen of change (agen perubahan) dan entitas masyarakat pun demikian. Merebaknya Pandemi Covid-19 di sejumlah wilayah di Indonesia, tidak lah menjadi alasan kaum muda untuk terus bergerak menciptakan karya sebagai bentuk kontribusi bagi kehidupan.
Semua pihak secara naluri kemanusiaan tergerak untuk berkontribusi memberikan solusi dan bantuan untuk mengatasi kondisi pandemi.
Sebagai bentuk kontribusi positif, mahasiswa dari Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan membuat karya buku dengan judul Scarcity Akibat Covid-19 dalam Tinjauan Ekonomi Islam.
Isu kelangkaan (scarcity) ini menarik untuk dikaji sebagai isu sentral. Sebab tidak bisa dipungkiri impact (dampak) bayang-bayang krisis dari berbagai sektor kehidupan dunia global pasti akan selalu beriringan bersamaan setali tiga uang dengan fenomena scarcity.
Buku ini menjadi sangat menarik untuk diposisikan sebagai pesan moral dan moril, yang ingin disampaikan para pemuda ini kepada setiap stakeholder yang bersentuhan langsung dengan wilayah kebijakan.
Sebab, ancaman kelangkaan (scarcity) akibat Covid-19 menjadi isu sentral yang hampir setiap saat dan setiap tempat secara tidak langsung selalu diangkat oleh media. Dan sebagian besar masyarakat kita saat ini sudah mulai merasakan impact dari ketidaksanggupan kita dalam men-counter problem ini.
Buku Scarcity Akibat Covid-19 dalam Tinjauan Ekonomi Islam ini digarap oleh 22 mahasiswa Program Studi Hukum Ekonomi Syariah STIS Hidayatullah. Proses penerbitan buku berukuran 148 mm x 210 mm ini dilakukan selama 2 bulan semenjak mahasiswa melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) akhir Maret 2020.
Beberapa tema yang diangkat dalam buku ini adalah korelasi wabah Covid-19 kelangkaan (scarcity) dalam tinjauan ekonomi Islam, dampak Covid-19 terhadap perekonomian global, cara mengatasi kelangkaan yang diakibatkan Covid-19 dalam perspektif ekonomi Islam, perbandingan scarcity dalam tinjauan ekonomi konvensional dan ekonomi Islam, dan tema seputar kelangkaan (scarcity) dalam tinjauan ekonomi Islam.
Scarcity yang akan ditimbulkan oleh wabah Covid-19 ini terjadi disebabkan oleh ketidaksigapan manusia dalam mengatasi impact dari peristiwa kehidupan ini.
Khususnya di Indonesia, dalam kacamata pakar dan pemerhati ekonomi, Indonesia saat ini sudah masuk pada tahapan financial impact. Sebentar lagi, jika financial impact ini tidak bisa diatasi, akan terjadi tragedi economy impact (krisis ekonomi/kelangkaan) yang berakibat pada social impact, tahapan peristiwa mengerikan yang ingin dihindari setiap kita.
Social impact ini akan menyebakan penjarahan, perampokan, pembunuhan, dan perilaku sosial buruk lainnya demi mempertahankan hidup dirinya dan kelompoknya dan mengorbankan manusia dan kelompok lainnya. Menghadapi ujian dan berbagai cobaan ini, manusia terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu ada yang sukses dan ada pula yang larut dalam kegagalan. Biasanya, orang yang sukses akan bahagia. Adapun orang yang gagal dalam menghadapi musibah akan merasa putus asa dan merana.
Alangkah durjananya kita kepada Allah Ta’ala, manakala Dia telah memberikan fasilitas rahmat serta keluasan rejeki kepada manusia, namun kebanyakan manusia lalai dan terkadang karena kasih saying-Nya lah kepada umat manusia, Allah tak segan-segan memperingatkan kita lewat bencana maupun cobaan kepada setiap pribadi manusia.
Dalam teori ekonomi, merupakan impact dari sebuah peristiwa musibah/bencana, baik bencana alam maupun bencana non alam. Bencana alam (natural disaster) merupakan suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, badai tropis, tornado, kebakaran liar, dan dan lain-lain.
Salah satu bentuk bencana alam yang juga berkonfrontasi dengan manusia secara langsung adalah wabah penyakit, seperti yang sedang dilanda umat manusia saat ini.
Permasalahannya, problem yang muncul akibat dari rangkaian pasca bencana tersebut berimbas pada lahirnya bentuk bencana lainnya, atau yang biasa disebut non-natural disaster, yaitu bencana alam yang terjadi tidak secara alami.
Dampak nyata akibat dari peristiwa bencana tersebut adalah kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan alam. Peristiwa rentatan bencana ini dalam disiplin ilmu ekonomi menjadi problem paling mendasar yang disebut scarcity atau kelangkaan. Kelangkaan terjadi terjadi apabila terjadinya gap atau ketidakseimbangan antara kebutuhan (keinginan) manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas.
Dari ketidakseimbangan itulah terjadinya kelangkaan (scarcity). Dalam perkembangannya, problem kelangkaan dipecah menjadi tiga pokok permasalahan. Kelangkaan ini mencakup jumlah, kualitas, tempat, dan waktu. Sesuatu disebut tidak langka jika jumlahnya berlimpah, bermutu baik, dan dapat ditemukan di segala tempat dan waktu. Ketika kebutuhan – kebutuhan tersebut masih bisa dipenuhi oleh sumber daya yang ada, maka tidak akan terjadi persoalan, bahkan juga tidak akan terjadi persaingan.
Namun manakala kebutuhan seseorang atau masyarakat akan barang dan jasa sudah melebihi kemampuan penyediaan barang dan jasa tersebut, maka akan terjadilah apa yang disebut kelangkaan.* Rizky Kurnia Syah/Pegiat komunitas PENA di Balikpapan