Hidayatullah.com– Para hacker yang berbasis di China mengakses akun-akun email sekitar 25 organisasi, termasuk milik pemerintah Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa Barat. Peretasan baru diketahui beberapa pekan kemudian setelah aktivitas ilegal itu dimulai, kata Microsoft hari Rabu (13/7/2024).
Microsoft tidak mengatakan organisasi atau pemerintah mana yang terpengaruh, tetapi mengatakan bahwa kebanyakan target kelompok peretas tersebut adalah entitas di Eropa Barat.
“Microsoft sudah mengontak langsung semua organisasi yang menjadi target atau terdampak secara langsung lewat admin mereka dan memberi mereka informasi penting untuk membantu mereka untuk menyelidiki dan menanggapi masalah itu,” kata pernyataan di situs web Microsoft seperti dilansir DW.
Microsoft mengatakan kelompok tersebut, yang diidentifikasi sebagai Storm-0558, memalsukan token otentikasi digital akses akun webmail yang berjalan di layanan Outlook buatan Microsoft.
Dikabarkan bahwa aktivitas tersebut dimulai pada bulan Mei. Namun, peretasan terdeteksi beberapa pekan kemudian ketika para pelanggan mengeluh kepada Microsoft perihal kejanggalan aktivitas email mereka.
Mengutip pernyataan dari sejumlah pejabat AS, koran The Washington Post mengabarkan bahwa Storm-0558 juga meretas akun-akun email tidak rahasia berkaitan dengan pemerintah AS.
AS mendeteksi peretasan akun-akun pemerintah federal “dengan cukup cepat” dan berhasil mencegah peretasan lebih lanjut, kata penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan dalam wawancara dengan kanal televisi ABC.
China menyebut apa yang disampaikan Microsoft itu sebagai “disinformation,” mengatakan bahwa tuduhan itu dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian dari aktivitas siber Amerika Serikat.
“Tidak masalah lembaga mana yang mengeluarkan informasi ini, tetapi itu tidak akan pernah mengubah fakta bahwa Amerika Serikat adalah peretas negara paling besar di dunia yang melakukan pencurian siber paling banyak,” kata jubir Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin dalam pengarahan rutin.
“Sejak tahun lalu, organisasi-organisasi keamanan siber China dan negara lain mengeluarkan banyak laporan yang mengungkap serangan-serangan siber terhadap China oleh pemerintah AS dalam kurin waktu yang lama, tetapi sejauh ini AS belum menanggapinya,” kata Wang.
Bulan lalu, firma keamanan siber milik Google, Mandiant, mengatakan pihaknya mencurigai para hacker sokongan pemerintah China sudah meretas jaringan ratusan organisasi pemerintah dan swasta di seluruh dunia dengan memanfaatkan sebuah lubang keamanan email populer.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Awal tahun ini, Microsoft mengatakan para peretasan bayaran Beijing menarget infrastruktur penting AS.
Beberapa tahun lalu Edward Snowden, bekas pekerja yang menggarap jaringan siber lembaga-lembaga intelijen dan keamanan Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa pemerintah AS memata-matai komunikasi digital bukan hanya warganya tetapi juga negara-negara sekutunya. Pengintaian itu dilakukan selama bertahun-tahun dan disinyalir masih dilakukan sampai saat ini.
Edward Snowden sekarang masih terdampar di Rusia dalam upaya pelariannya setelah menjadi target penangkapan oleh pihak keamanan Amerika Serikat.*