Hidayatullah.com—Mayoritas warga Zionis, yang tinggal di wilayah Palestina, yang dicaplok dan diubah menjadi ‘Israel’ menganggap PM Benyamin Netanyahu paling bertanggung jawab atas perang tersebut.
Menurut survei yang dilakukan pada rezim penjajah di wilayah pendudukan, 80 persen Zionis menganggap Netanyahu bertanggung jawab atas Operasi Badai Al-Aqsha (Taufan Al-Aqsha) yang dimulai pada 7 Oktober 2023, demikian dikutip İLKHA.
510 orang secara acak berpartisipasi dalam survei yang dilakukan oleh Institut Penelitian “Lazar” untuk surat kabar Ibrani “Maariv”.
Dalam survei tersebut, yang tingkat kesalahannya diumumkan sebesar 4,3 persen, menunjukkan 80 persen warga ‘Israel’ mengatakan bahwa Netanyahu harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi di wilayah Jalur Gaza pada 7 Oktober, setelah serangan HAMAS, demikian hasilnya.
Hanya 8 persen Zionis yang menyatakan bahwa mereka yakin Netanyahu tidak seharusnya mengambil tanggung jawab, sementara 12 persen menjawab, “Saya tidak tahu.”
Survei yang sama menunjukkan bahwa 65 persen Zionis mendukung “operasi darat skala besar” di Jalur Gaza, sementara 21 persen menentangnya, dan 14 persen tidak mempunyai pendapat khusus.
Jajak pendapat saat ini memperkirakan partai-partai di pemerintahan rezim penjajah akan memenangkan 43 dari 120 kursi di Knesset jika Pemilu diadakan. Angka tersebut merupakan 42 kursi dalam survei yang diterbitkan surat kabar tersebut pekan lalu.
Dinyatakan bahwa 51 persen warga Zionis mendukung respons ‘Israel’ terhadap Hizbullah di Lebanon, sementara 30 persen mendukung tindakan skala besar terhadap Lebanon.
Sementara itu, hari Sabtu ribuan pengunjuk rasa berkumpul di Tel Aviv menyerukan Netanyahu untuk mengundurkan diri menandadi serangan hari ke-15, yang dimulai pada 7 Oktober.
Rekaman di media sosial menunjukkan orang-orang, termasuk teman dan keluarga sandera pejuang Palestina berkumpul di pusat Tel Aviv menuntut upaya yang lebih besar dari pemerintah mereka dan komunitas internasional untuk memulangkan orang-orang yang mereka cintai.*