Hidayatullah.com—Tinggal dan hidup di negeri yang diberkahi dan diridhai Allah Swt adalah cita-cita dan harapan semua orang. Hanya saja, hal ini akan terwujud jika penduduknya beriman dan bertakwa, demikian disampaikan Ketua Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) KH. Athian Ali M.Dai
“Setiap yang beriman dan bertakwa Allah SWT menjanjikan akan memberi jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi, serta melimpahkan rezeki dari arah yang tidak pernah diduga sebelumnya,”demikian jelas KH Athian mengutip Al-Quran Surat Ath-Thalaq ayat 2 dan 3.
Menurutnya, dari kedua ayat ini sudah sangat jelas bahwa kehidupan sebuah negeri hanya akan diberkahi dan diridhai Allah manakala pemimpin dan rakyatnya beriman dan bertakwa.
Hakikat hidup dalam wujud lillahi Rabbil ‘aalamiin, semata-mata menggapai ridha Allah, tuhan semesta alam, sebagai tujuan utama dalam menjalani hidup dan kehidupan.
Sementara itu, untuk menggapai ridha Allah tersebut haruslah ditempuh dengan syariat (jalan ) yang benar sesuai yang Allah SWT tetapkan langsung lewat firman-Nya maupun yang ditetapkan Allah SWT lewat sabda, perbuatan dan ketetapan Rasul-Nya.
“Mustahil sebuah negeri akan diberkahi dan diridhai Allah sementara penduduknya terlebih lagi jika para pemimpin negeri tersebut baik yang di eksekutif maupun yang di legislatif memperoleh jabatan dengan cara yang dimurkai bahkan dilaknat Allah. Misalnya memperoleh jabatan dengan melakukan kecurangan,” ujarnya mencontohkan.
Terlebih lagi, bila selain berbuat curang, juga melakukan sogok menyogok untuk bisa terpilih atau memenangkan Pilkada, Pileg bahkan Pilpres.
Menurut dia, sudah menjadi rahasia umum, jika di negeri ini acapkali terjadi berbagai kecurangan untuk memperoleh jabatan dalam berbagai skala kepemimpinan baik di daerah maupun di tingkat nasional.
Begitu pula dengan berbagai ragam tindak pidana korupsi, kolusi, nepotisme, penggusuran tanah rakyat, manipulasi dan berbagai hal kriminal lainnya ,sehingga karenanya sangat mustahil kiranya negeri ini memperoleh rahmat, berkah dan ridha Allah SWT.
“Namun sebagai orang yang beriman, kita tidak boleh pesimis terlebih putus asa. Kita harus tetap optimis, selama tentunya kita semua terus berupaya secara optimal melakukan perbaikan dan perubahan menuju negeri yang diberkahi tersebut,”ajaknya.
Solusi untuk itu, semua pihak khususnya umat Islam dan para ulama harus berupaya optimal melakukan perubahan.
Pertama, tentunya dengan menjadikan ridha Allah Swt sebagai tujuan utama hidup dengan istiqamah di shiratal mustaqiim, menempuh jalan kehidupan yang sesuai dengan syariat Allah SWT.
Kedua, dengan melakukan perubahan pada sistem pemerintahan, khususnya dalam proses pemilu agar tidak sekedar menang yang ditandai perolehan suara terbanyak, namun dengan melakukan kecurangan dan berbagai bentuk manipulasi lainnya.
Peran aktif umat Islam terutama para ulama mutlak diperlukan, khususnya sikap kritis kepada kebijakan pemerintah. “Bisa jadi negeri ini menjadi demikian terpuruknya dengan berbagai masalah yang dihadapi pemerintah dan rakyatnya adalah salah satunya karena diamnya ulama,” katanya.
KH. Athian juga mempertanyakan apakah selama ini para ulama tidak tahu terjadinya kecurangan, praktik money politics, sogok menyogok, adu domba dan segala bentuk kemunkaran lainnya.
“Mohon maaf tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada para ulama, hendaknya kita jangan menjadi “setan bisu” dimana hanya diam mencari aman dan bersikap apatis terhadap kebijakan penguasa atau pemerintah, padahal jelas-jelas kebijakan tersebut bertentangan dengan aturan Allah dan konstitusi negeri ini , serta merugikan dan menyengsarakan rakyat,” demikian kritiknya.*