Hidayatullah.com—Polisi bersenjata telah menangkap seorang perempuan karena mengenakan niqab di jalanan Khasavyurt di Dagestan dan telah menangkap orang-orang yang datang untuk melindunginya.
Menurut statistik pemerintah Rusia, sekitar 95% penduduk Dagestan, sebuah negara bagian di Rusia, telah mengidentifikasi diri sebagai Muslim.
Penangkapan tersebut dilakukan setelah fatwa yang dikeluarkan tahun lalu oleh Mufti Dagestan, Akhmad Abdulaev, yang mengatakan bahwa ia memberlakukan larangan sementara terhadap niqab setelah adanya permintaan dari Kementerian Kebijakan Kebangsaan dan Urusan Agama Rusia, kutip s2jnews.com.
Larangan tersebut dilakukan setelah serangan teroris serentak yang menargetkan gereja dan sinagog tahun lalu pada tanggal 23 Juni, yang menewaskan 23 orang, di mana beberapa laporan menunjukkan salah satu penyerang berencana melarikan diri dengan mengenakan niqab.
Mufti Ahmad Abdulaev mengatakan larangan tersebut akan tetap berlaku “hingga ancaman yang teridentifikasi dihilangkan dan kesimpulan teologis baru tercapai”.
Sangat sedikit wanita di Dagestan yang mengenakan cadar, dan larangan ini, yang diduga bersifat sementara, tampaknya masih berlaku tanpa tanda-tanda akan berakhir.
Di wilayah lain di Rusia tidak ada larangan federal terhadap niqab, dan tempat-tempat yang memiliki pembatasan terhadap pakaian keagamaan dibatasi hanya di universitas dan sekolah, bukan di tempat umum seperti jalan raya dan trotoar.
Niqab tidak dilarang di banyak negara Barat besar yang bangga dengan sistem sekuler mereka, seperti Inggris, AS, dan Spanyol.
Namun, Rusia, yang memiliki jumlah Muslim yang jauh lebih tinggi, dan Dagestan sendiri, yang memiliki jumlah Muslim yang lebih tinggi daripada banyak negara Barat jika digabungkan, tampaknya masih memberlakukan larangan ini, yang merupakan reaksi terhadap sebuah insiden setahun yang lalu.*