Hidayatullah.com—Meski beratap rumbai dan beralasan dari bahan-bahan seadanya, sekitar 60 santri yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren (Ponpes) Hidayatullah Lingga Propinsi Kepulauan Riau mengikuti pelajaran dengan penuh semangat.
Semangat mereka nampak dengan prestasi yang pernah mereka sandang. Di antaranya juara 1 Hafalan Juz 30 tingkatan SD se Kabupaten Lingga, Juara 1 Tilawah al-Qur’an tingkat SMP se Kabupaten Lingga, juara 2 lomba Syarhil Qur’an di STQ (Seleksi Tilawatil Qur’an) se Kabupaten Lingga, Juara 2 Hafalan 1 juz tilawah STQ se Kabupaten Lingga dan Juara 1 Hafalan 5 Juz Tilawah di STQ Kabupaten Lingga.
Sayangnya, semangat mereka belajar Islam dan al-Quran mulai tertahan ketika banyak orangtua santri tidak bisa leluasa menitipkan anak-anak mereka untuk belajar.
“Banyak orangtua yang kecewa karena tidak bisa menitipkan anaknya untuk belajar di sini karena terbatasnya tempat dan fasilitas, “ demikian disampaikan pengasuh Ponpes Hidayatullah Lingga Mohammad Awalin.
Padahal, menurut Awalin, banyak orangtua ingin menitipkan anaknya untuk belajar. Tapi apa daya, tempat dan fasilitas kurang memadai.
Kebanyakkan santri, kata Awalin, datang dari kalangan menengah ke bawah dan kebanyakan orangtuanya bekerja sebagai nelayan atau pengambil kayu di hutan yang tinggal di pulau-pulau kecil dan sangat terpencil.
“Mereka sangat bersemangat memondokkan anak-anak mereka di tempat ini agar kelak anak-anak mereka dapat membina masyarakatnya yang masih kurang dengan pengetahuan agama Islam. Tapi apa kami tidak punya dana untuk memperluas dan membuat fasilitas lebih layak, “tambahnya.
Meski motto Kabupaten Lingga “Bertingkap Alam Berpintu Ilahi” yang mengandung makna senantiasa memperhatikan lingkungan alam dan senantiasa ingat kepada Allah Subhanahu Wata’ala, namun kondisi masyarakat mengerti agama sangat minim. Meski 90% penduduknya Muslim, dalam pengalaman sehari-hari saja, banyak masyarakat justru tidak paham agamanya sendiri.
Karena itulah ada keinginan tinggi warga kelas bawah untuk menitipkan anak-anak mereka di lembaga ini untuk mendapat pendidikan agama Islam dan al-Quran.
Selain itu, pengurus juga bertekad akan membeli lagi tanah dan membuat tempat lebih permanen untuk menyelamatnya anak-anak gadis Muslim di tempat itu yang sedang dalam ancaman lingkungan yang berpotensi merusak masa depan mereka.
“Banyak anak-anak pulau yang hamil di luar nikah, “ ujarnya. Ia berkeinginan bisa menjadi bagian untuk menyelamatkan masa depan anak-anak gadis di tempat itu, tapi apa daya, lembaga itu tidak memiliki asrama sekolah yang layak untuk bisa melakukan pembinaan dengan baik.
Dukungan Masyarakat
Seperti diketahui, Ponpes Hidayatullah Lingga berdiri pada tanggal 01 Januari 2009, dengan alamat di Jalan Engku Aman Kelang Kelurahan Daik Kecamatan Lingga Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau. Hingga saat ini, PP Hidayatullah merupakan pondok pesantren pertama yang berjalan dan masih eksis di Kabupaten Lingga.
Semenjak kehadirannya, lembaga ini cukup membantu pendidikan masyarakat dan meringankan beban pemerintah. “Alhamdulillah sekarang sudah ada 60 santri yang belajar, 30 santrinya bermukim dan sisanya balik ke rumah masing-masing karena keterbatasan asrama,” ujar Awalin.
Meski dalam kondisi terbatas, Awalin bangga lembaga ini mampu mengukir prestasi. “Sudah banyak santri yang berprestasi,” ujarnya.
Saat ini, ada keiginan yang tinggi dari warga iuntuk menitipkan anak-anak mereka. Karena itulah pengelola pesantreb Hidayatulllah Lingga berkeingibnan membuka asrama untuk santri putri untuk al-Quran dan membuat kelas yang layak dan nyaman bagi mereka.
“Sekarang kami sedang dalam proses pembebasan lahan sekitar 570 M yang harganya Rp. 55 juta. Dan Baru dapat terbayar setengahnya dari harga tersebut, itupun dari wakaf tunai permeter yang diberikan masyarakat Lingga dan sekitarnya,” ujar Awalin. Dia berharap ada di antara bagiam umat Islam ikut andil dalam pembangunan lembaga ini.*/kiriman Abdullah, Kabupaten Lingga, Riau