Hidayatullah.com—Memasuki Hari Arafah (9 Dzulhijjah), Hari Rabu (23/09/2015), Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor menggelar shalat tahajjud dan sahur berjamaah di masjid al-Hijri II, Kampus UIKA Bogor.
Acara dihadiri Rektor UIKA Dr. H. Ending Bahruddin, Dekan Pascasarjana UIKA Prof. KH. Didin Hafidhuddin, Ketua Program Islamisasi Sains dan Kampus (ISK) Dr. Rais Ahmad, Wakil Dekan Pascasarjana Dr. H. Hendri Tanjung, dan sejumlah dosen dan 100 orang mahasiswa lainnya.
Pelaksanaan shalat Tahajjud dimulai sekitar pukul 02.30 dinihari. Sebelumnya Prof. Didin yang akrab disapa Kiai Didin memberikan taushiyah tentang keutamaan shalat tahajjud.
Menurut Kiai Didin, selain kebiasaan orang-orang shalih, shalat lail juga akan mengantar seorang hamba kepada maqman mahmuda, yaitu tempat yang terpuji.
“Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji,” ujar Kiai Didin mengutip terjemah Surah al-Isra [17]: 79.
Kiai Didin berharap, semoga umat Islam tak lelah bermunajat dan berdoa dalam setiap aktivitas kebaikan, semoga Allah berkenan meringankan beban masalah kepemimpinan, ekonomi, pendidikan, politik, dan seluruh persoalan yang sedang melanda bangsa Indonesia.
“Jangan pernah lupa berdoa untuk kebaikan umat Islam dan bangsa tercinta ini,” terang Kiai Didin.
Tepat pukul 04.00, acara berlanjut dengan makan sahur berjamaah hingga jelang waktu shalat Subuh.
Usai shalat Shubuh, para jamaah kembali mendengarkan tauhiyah yang disampaikan oleh Rektor UIKA, H. Ending Bahruddin.
Menurut Ending, hal yang tak boleh luput dari setiap manusia adalah rasa syukur kepada Allah.
“Siapapun dia dan apapun keadaannya maka sepantasnya ia bersyukur atas karunia Allah,” ucap Ending.
Menurut Ending, ada banyak cara bersyukur. Namun yang utama adalah bersyukur dengan menjalankan ketaatan kepada Allah dan menjauhi larangannya. Termasuk di dalamnya ketika orang tersebut mengisi setiap unsur yang dipunyai dengan nutrisi yang benar.
“Nutrisi akal adalah ilmu, nutrisi jasmani adalah makanan, dan nutrisi qalb adalah ibadah,” pungkas Doktor Pendidikan Islam tersebut.*/Syamsuar Hamka, Mahasiswa Magister Pendidikan Islam UIKA Bogor