Hidayatullah.com– Yayasan Hidayatullah Batam di Batuaji, Batam, Kepulauan Riau, kini memiliki Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Hidayatullah Batam.
Perguruan tinggi kelima dari pendidikan tinggi yang dimiliki ormas Hidayatullah se-Indonesia itu akan melengkapi lembaga pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatullah Batam, yang jenjangnya mulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.
STIT tersebut diresmikan langsung oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Hidayatullah Nashirul Haq bersama jajaran petinggi Yayasan, dipimpin oleh Jamaludin Nur di gedung Yayasan, Jalan Brigjen Katamso, Tanjunguncang, Batuaji, pekan kemarin.
Sebagai kampus baru, Ketua Yayasan Jamaludin mengatakan, tahun ajaran baru nanti, STIT tersebut membuka dua program studi yakni Strata I (S-1) Manajemen Pendidikan Islam (MPI) dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).
“Satu prodi masing-masing dua lokal akan dibuka. Satu untuk pria satu untuk wanita jadi terpisah,” ujar Jamaludin, Jumat (05/05/2017).
Baca: STIS Hidayatullah Tugaskan 42 Dai Muda Terjun di Daerah
Prodi MPI bertujuan untuk membentuk sarjana pendidikan Islam yang berwenang sebagai pengelola administrasi sekolah dan ahli dalam manajemen lembaga pendidikan Islam, serta mampu sebagai tenaga pendidik agama di MI/SD, MTs/SLTP, dan MA/SLTA.
Sementara PGMI untuk melahirkan lulusan yang memiliki kompetensi pedagogik, profesional, dan berkarakter Islami, serta menghasilkan karya-karya ilmiah sebagai landasan memecahkan masalah pendidikan di MI/SD, MTs/SLTP, dan MA/SLTA.
“Tujuan umumnya untuk menghasilkan sarjana Muslim yang kokoh akidah dan berakhlak mulia,” ujar Jamaludin.
STIT tersebut saat ini sudah buka pendaftaran dan terbuka bagi calon mahasiswa-mahasiswa dari sekolah umum lainnya. “Target utamanya adalah lulusan dari Hidayatullah, tapi untuk umum juga dibuka tanpa harus diasramakan,” kata Jamaludin.
Sementara itu, Nashirul Haq dalam arahannya berharap agar Yayasan itu sebagai penanggung jawab kampus baru tersebut segera melengkapi berbagai macam persyaratan dan administrasi yang ada. Agar, keberadaan STIT tersebut tidak bermasalah di kemudian hari.
“Kami tentunya mendukung dan ini bagus, terus melanjutkan santri dan santriwati Hidayatullah untuk mendapatkan pendidikan di Yayasan Hidayatullah ke jenjang pendidikan tinggi. Tapi segala persyaratan harus segera dilengkapi semua, sebab Juli nanti sudah mulai kuliah,” pesannya.
Senada disampaikan oleh Prof dr Ahmad Mujahiddin, selaku akademisi dari Jakarta, yang meminta agar kurikulum 140 SKS segera dirampungkan sebelum September mendatang, agar segera dilaporkan ke Kopertis.
“Persyaratan lainnya kampus ini harus memiliki tiga mata kuliah wajib yakni Pancasila, Bahasa Indonesia, dan Agama,” imbaunya.
Sebagai kampus baru bertipe C, Ahmad mengingatkan, STIT tersebut baru diperbolehkan buka dua prodi dan itu tidak boleh diubah hingga lima tahun ke depan atau wisuda pertama dilakukan.
“Dan juga sebagai perguruan tinggi baru, per lokal maksimal hanya 30 orang. Satu prodi baru boleh buka dua lokal. Itu sudah aturan nasional,” ujarnya.
Tidak itu saja, STIT tersebut juga diwajibkan sedikitnya memiliki enam dosen tetap. “Itu tidak bisa ditawar. Kita semua menginginkan perguruan tinggi ini dan ini baik, tapi semua aturan yang ada harus dipatuhi,” imbaunya.* Kiriman STIT Hidayatullah Batam