Hidayatullah.com–“Islam bukanlah agama yang paling benar di dunia! Adakah diantara Anda di ruangan ini yang tidak setuju dengan kalimat saya?” demikian pertanyaan Wido Supraha, dosen Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor saat mengawali kuliah ke-3 School of Islamic Education and Leadership (SHIELD) pada hari Selasa(13/03/2018) malam di lantai 6 Gedung Telkomsel Smart Office, Jakarta.
Hampir semua peserta kuliah mengacungkan jarinya saat menjawab pertanyaan Wido. Sebagian melakukannya dengan yakin, sebagian lagi kurang yakin, berusah menebak-nebak kemana arah pertanyaan peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS)ini.
“Saya ulangi sekali lagi, Islam bukanlah agama yang paling benar! Yang setuju dengan saya angkat tangan!” Tegas Wido mengulangi pernyataannya.
Tiga dari 120-an peserta kuliah yang hadir malam itu akhirnya mengangkat tangannya. Pengurus Pusat Hijrah Center ini langsung menyambar, “Kenapa Anda mengangat tangan, apa alasan Anda?”.
Salah satu siswa yang duduk di barisan paling depan menjawab. “Islam bukan agama paling benar, tapi Islam adalah satu-satunya agama yang benar,” ujarnya. “Seratus untuk Anda!” ujar Wido mengapresiasi jawaban itu. Semua siswa mengangguk, tersenyum masam menyadari telah terpedaya dengan ‘jebakan’ dari pria yang juga anggota Komisi Ukhuwah MUI Pusat tersebut.
“Ghazwul fikri adalah semantic game, permainan kata-kata. Dan cara terbaik untuk memenangkan peperangan pemikiran tersebut adalah dengan menguasai kata. Kuasai teks, hancurkan teks mereka dengan teks cerdas kita!” tegas Wido menjelaskan kenapa dia mengawali kuliahnya dengan pertanyaan intimidatif tadi.
Selanjutnya Wido menjelaskan bagaimana metodologi berfikir sesuai Al-Qur’an, tantangan-tantangan pemikiran Islam, kesalahan para pemikir teologi non-Islam terkait transcendent unity of religion, konsep Tuhan sebagai bangunan sentral kehidupan serta segala hal terkait paradigma berfikir Islam. Kesemuanya menjadi bagian dari materi besar “Worldview of Islam”.
Para peserta kuliah malam itu terlihat sangat antusias menyimak kata demi kata Pendiri Yayasan Adab Insan Mulia tersebut.
Bayu Dhian Sasongko, salah satu peserta SHIELD yang hadir malam itu menyampaikan apresiasinya.
“Kuliah malam ini menyetrum otak saya. Saya baru sadar tentang hal-hal penting dalam worldview Islam yang selama ini saya lewati. Perlu banyak membaca lagi nih!” ujar Bayu dengan bersemangat.*/kiriman Dedy Ristanto