Hidayatullah.com–Pengetahuan jurnalistik dan literasi untuk pengembangan pemikiran islami harus diajarkan kepada para santri semenjak dini.
“Pengetahuan mengenai jurnalistik dan media harus diajarkan kepada santri, agar mereka bisa mewarnai media dengan hal yang baik,” demikian disampaikan KH. Anang Rizka, Pimpinan Pondok Pesantren Modern Tazakka, dalam acara Malam Literasi Santri, yang diadakan di Universitas Darussalam (UNIDA), Ponorogo, Jawa Timur, Jumat, 1 Februari 2019.
Dalam kegiatan yang diinisiasi komunitas Jurnalis Alumni Gontor (JAGO) ini, Anang Rikza menegaskan, jika dulu belajar menulis di media hukumnya fardhu kifayah, maka melihat keadaan zaman seperti sekarang ini, harusnya hukumnya menjadi fardhu ‘ain.
“Ya, santri dan para alumni pondok memang harus tau dunia ini.”
Acara yang diselengarakan di Audiotarium UNNIDA, pukul 07.00 -23.00 WIB berlangsung meriah karena diisi oleh pembicara-pembicara terkemuka, khususnya para jurnalis papan atas yang juga alumni PP KMI Darussalam- Gontor -Ponorogo.
Diantaranya; Husein Sanusi (alumni Gontor yang juga editor senior di Tribunnews), Ikhwanul Kiram (Republika), Pak Uki M. Kurdi (Surya), Husein Sanusi (Tribunnews), Yogi (Tribunnews), Erdy Nasrul (Republika), Dewi Yuhana (Malang Post), hadir juga Dr Yudi Latief dan Prof. Dr. Habib Chirzin.
Prof. Habib Chirzin bercerita, ia banyak dilatih Kiai Zarkasyi untuk menulis pidato beliau, dan dikoreksikan secara langsung.
Menurutnya, PP Daraussalam Gontor telah menjadikan tulis-menulis sebagai budaya santri, yang dengannya terbuka kesadaran diri dan sosial.
Kurikulum pengajaran PP Darussalam Gontor yang sangat mendukung literasi. Selain karya lokal, juga menyuguhkan sekian rujukan kaliber dunia kepada santrinya. Sebut saja karya Syeikh Salih al-Fauzani untuk materi Tauhid, Bulughul Maram karya Ibnu Hajar untuk hadis, Bidayah al-Mujtahid untuk fiqih, serta syair-syair tokoh besar seperti Imam as-Syafi’i, al-Mutanabbi dsb untuk sastra dan Mahfudzot (adagium Arab). Belum lagi ditambah dengan agenda membaca Kutub Turats untuk siswa KMI kelas 5 dan 6.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Untuk itulah, Prof. Habib Chirzin menyebut, sintesa pondok ini secara langsung menjadi simbol literasi yang melampaui zaman, visioner dan memiliki pandangan peradaban yang tinggi.
Yang tidak kalah penting menurutnya, adanya uswah hasanah dari para pendiri dan pimpinan pondok secara langsung. Apalagi saat ini “Trimurti” punya Senjata Pengandjoer, yang oleh Dr. Hamid sebut sebagai karya monumental dan banyak digemari pada masanya, seperti buku Misykat. *